Senin, 25 Februari 2013

Problem Solving


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat yang khas dibanding ilmu yang lainnya dan mempunyai peranan penting dalam menunjang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki fungsi sebagai alat, pola fikir dan ilmu pengetahuan.
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Matematika juga merupakan bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi. Matematika membantu orang dalam menginterprestasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan seperti dikemukakan oleh Sujono (dalam Sehatta, 2006: 4). Namun demikian siswa pada umumnya cenderung kepada penjelasan atau petunjuk yang diberi oleh guru dan jarang lebih memperhatikan ide sendiri.
Meminjam pendapat Bruner (dalam Trianto, 2010: 91), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberi suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman-pengalaman tersebut memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.
Matematika memiliki beberapa tujuan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adapun tujuannya adalah:
1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.     
1
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuaan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.      Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan metematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006: 388)
Dilihat dari tujuan pembelajaran matematika tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika bertujuan melatih siswa untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, memiliki kemampuan memahami dan memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta memiliki rasa ingin tahu, perhatian serta sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika  pada dasarnya untuk melatih siswa agar dapat memecahkan suatu masalah atau berupa soal dalam pembelajaran matematika. Ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan yang mereka lakukan tidak jauh berbeda. Mereka cenderung menyelesaikan masalah berdasarkan pada pengalaman mereka sebelumnya. Pengalaman tersebut bervariasi mulai dari mengenali masalah sampai pada membawa masalah, tapi lebih kepada bagaimana menggunakan masalah sebelumnya yang telah diselesaikan.
Pemecahan masalah berawal dari kita dihadapkan pada suatu situasi yang menunjukkan adanya kesukaran untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Kebanyakan situasi yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya mempunyai situasi pemecahan masalah. Meskipun banyak siswa senantiasa berusaha dan berharap dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, namun kenyataan tidak demikian. Kadang-kadang siswa  berhasil menyelesaikan  masalah yang dihadapinya, kadang-kadang juga tidak berhasil menyelesaikannya.  
Menurut Hudoyo (dalam Sudarmin Usman, 2007: 342 ) seseorang pengajar yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian materi pelajaran, ia hanya mengajar terselesaikannya bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta didik. Hal ini akan dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam memahami pengajaran matematika bahkan mungkin menjadi prustasi dalam diri peserta didik. Jika hal itu terjadi  berati proses belajar matematika tidak berlangsung efektif dan tentu peserta didik menjadi gagal dalam belajar matematika. Di samping hal tersebut, dalam memilih metode/pendekatan yang paling cocok untuk digunakan dalam mengajar, khususnya dalam mengajar matematika perlu pula memperhatikan topik apa yang hendak diajarkan.
Dengan demikian, pemilihan pendekatan pembelajaran matematika yang cocok untuk topik tertentu, akan mengakibatkan proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan   pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasi dengan siswa. Strategi pembelajaran matematika adalah pola-pola umum kegiatan siswa dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran matematika yang telah ditetapkan ( Sehatta, 2006: 2 ).
Untuk melatih siswa menggunakan strategi pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang disebut pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman untuk melatih siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah ( Menurut Skemp dalam Nyimas Aisyah, dkk, 2007: 6).
Belajar matematika merupakan serangkaian kegiatan yanng sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (Problem Solving). Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar matematika.
Matematika yang disajikan dalam bentuk masalah akan memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari matematika lebih dalam. Dengan dihadapkan suatu masalah matematika, siswa akan berusaha menemukan penyelesaiannya melalui berbagai strategi pemecahan masalah yang dihadapinya. Kepuasan akan tercapai apabila siswa dapat memcahkan masalah yang dihadapinya. Kepuasan intelektual ini merupakan motivasi intrinstik bagi siswa.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis ingin membahas tentang Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran matematika.

B.     Tinjauan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditinjau beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Kurangnya keaktifan siswa dalam mengembangkan ide atau pemahaman-pemahaman baru tentang matematika dalam menyelesaikan masalah.
2.      Kurangnya rasa percaya diri siswa sehingga cenderung kepada penjelasan atau petunjuk yang diberi oleh guru dan jarang lebih memperhatikan ide.
3.      Kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu.

C.    Pembatasan Masalah
Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan tearah, maka penulis membatasi masalah-masalah dalam pembahasan ini.
1.      Dalam pembelajaran matematika pendekatan yang ingin di bahas adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan berbagai strategi pemecahan masalah matematika.
2.      Guru kurang menerapkan Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dalam penulisan ini permasalahan yang dikemukakan adalah:
1.      Bagaimana  Strategi Pemecahan Masalah Matematika?
2.      Bagaimanakah Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika?

E.     Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memperoleh informasi tentang :
1.      Strategi pemecahan masalah matematika.
2.      Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika.






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pembelajaran Matematika
Istilah “pembelajaran” adalah istilah “instruction”. Istilah “instruction” merujuk pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya.
Secara umum Gagne dan Briggs (dalam Sehatta, 2006: 18) melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang bertujuan untuk membantu orang belajar. Secara lebih rinci Gagne yang dikutip Gredler (dalam Sehatta, 2006: 18)  mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara pristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa prosedur belajar yang bersifat internal. Pengertian hampir sama dikemukakan Corey yanng dikutip Miarso, dkk (dalam Sehatta, 2006: 18) bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

B.       Masalah Matematika
5
 Masalah adalah sesuatu yang tidak terpecahkan oleh seseorang yang berupa situasi atau kondisi (dapat berupa isu / pertanyaan/ soal) yang disadari dan memerlukan suatu tindakan penyelesaian, serta tidak segera tersedia suatu cara untuk mengatasi situasi itu. Pengertian tidak segera dalam hal ini  adalah bahwa pada saat situasi tersebut muncul, diperlukan suatu usaha untuk mendapatkan cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya. Menurut Bell (dalam Sudarmin Usman, 2007: 343  ) “ a situation is a problem for a personif he or she a ware of its axistence, recognize that it requires action, want or needs to act and does so, and is not immediately able to resolve the problem”. Dari defenisi ini jelas ciri-ciri suatu situasi yang dapat digolongkan sebagai masalah bagi seseorang adalah: bahwa kesadaran itu disadari, ada kemauan dan merasa perlu melakukan tindakan untuk mengatasinya dan melakukannya. Serta tidak ada ditemukan cara mengatasi situasi tersebut.
Di dalam matematika “suatu pertanyaan atau soal akan merupakan suatu masalah apabila tidak terdapat aturan” atau hukuman untuk menjawab atau menyelesaikannya,  pernyataan tersebut dikemukakan oleh Hudoyo ( dalam Sudarmin Usman, 2007: 343). Hal ini berati bahwa suatu soal matematika akan menjadi masalah berdasarkan data yang terdapat dalam soal.
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui. Suatu pertanyaan merupakan masalah bergantung kepada individu dan waktu. Artinya, Suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi siswa, tetapi mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi siswa yang lain. Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa yang tidak bermakna akan bukan merupakan masalah bagi siswa tersebut. Dengan perkataan lain, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur kognitif siswa.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah adalah sesuatu yang mengganjal dan perlu diselesaikan, tetapi belum tahu cara / prosedur penyelesaiannya. Masalah dalam matematika berati soal-soal matematika yang cara penyelesaiannya belum kita ketahui.
Karakteristik sesuatu disebut masalah bagi seorang siswa adalah sebagai berikut; Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang sebagai hal yang esensial.
Secara khusus, menurut Meiring (yang dikutip dari internet) menyatakan bahwa masalah matematika harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1.      Situasi harus memuat pernyataan awal dan tujuan
2.      Situasi harus memuat ide-ide matematika
3.      Menarik seseorang untuk mencari selesaiannya
4.      Harus memuat penghalang rintangan antara yang diketahui dan yang diinginkan.
Selanjutnya Hudoyo ( dalam Sudarmin Usman, 2007: 344) menyatakan bahwa syarat suatu masalah bagi siswa adalah:
1.        Soal yang diberikan kepada siswa harus dapat dipahami oleh siswa, namun soal tersebut merupakan tantangan untuk diselesaikan.
2.        Soal tersebut tidak dapat secara lansung dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah matematika harus memenuhi syarat yaitu:
1.      Menantang untuk diselesaikan dan dapat dipahami siswa.
2.      Tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah dikuasai siswa.
3.      Melibatkan ide-ide matematika.

C.      Strategi Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Made Wena, 2011: 60). Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah, Polya (dalam Sudarmin Usman, 2007: 343) mendefinisikan Pemecahan Masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai.
Suatu strategi yang dijadikan dasar untuk proses pemecahan masalah tersebut adalah model empat tahap yang di usulkan oleh George Polya. Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah tersebut yaitu:
a.       Memahami masalah
b.      Membuat rencana penyelesaian
c.       Melaksanakan rencana penyelesaian
d.      Memeriksa kembali, mengecek hasilnya (Kremes dkk dalam Made Wena, 2011: 60)
Menurut johnson dan Rising (dalam Sudarmin Usman, 2007: 345 ) terdapat beberapa alasan sehingga pemecahan masalah menjadi suatu kegiatan belajar yang paling signifikan dalam setiap pembelajaran matematika. Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk belajar suatu konsep baru, pemecahan masalah adalah suatu cara yang paling tepat untuk memprakekkan keterampilan komputasional, melaui pemecahan masalah belajar mentransfer konsep dan keterampilan yang dimiliki kesituasi baru. Pemecahan masalah dapat meransang rasa keingintahuan intelektual, dan melalui pemecahan masalah di peroleh pengetahuan baru.
Strategi pemecahan masalah dapat diterapkan manakala:
1.      Guru mengharapkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
2.      Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa.
3.      Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.      Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5.      Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam strategi pemecahan masalah:
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu- isu yang mengandung konflik.
  1. Bahan yang dipilih adalah bahan yang familiar dengan siswa, sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik.
  2. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa bermanfaat.
  3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum,
  4. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya. http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2011:upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-kreativitas-siswa-dalam-pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar-dengan-metode-pemecahan-masalah&catid=159:artikel-kontributo
Menurut Reys (dalam Nyimas Aisyah, dkk, 2007: 11) disebutkan beberapa macam strategi pemecahan masalah yaitu:
a.         Beraksi (Act It Out)
Strategi ini menuntut untuk melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian saksi fisik atau manipulasi objek. Penggunaan manipulasi objek agar hubungan antar komponen dalam permasalahan menjadi jelas.
Contoh : Bu Rini menjelaskan kepada Surya bahwa kesempatan Surya mendapatkan sisi bergambar “Burung” jika melambungkan sebuah mata uang logam adalah 1 kali.

 
b.        Membuat gambar atau diagram
Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas hubungan yang ada. Untuk membuat gambar atau diagram ini, tidak perlu membuatnya detail tetapi cukup yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
Contoh :   Misalkan garis berikut menunjukkan curah hujan rata-rata per bulan di Indonesia (dalam milimeter) yang tercatat di Badan Meteorologi dan Geofisika.
       a. Sebutkan bulan yang paling basah dan bulan yang paling kering.
       b. Berapa mm-kah curah hujan rata-rata pada bulan April?
               c. Sebutkan bulan-bulan dengan curah hujan lebih dari 150 mm.
c.         Mencari pola
Pada prinsipnya, strategi mencari pola ini sudah dikenal sejak di Sekolah Dasar. Untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa sering kali diminta untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan permasalahan yang ada.
Contoh : Tentukanlah rumus suku ke-n barisan .
d.        Membuat Tabel
Strategi ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang. Dengan kata lain strategi ini sangat membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun informasi atau data dalam jumlah besar.
Contoh :   Daftar baris-kolom berikut menyatakan banyaknya analk laki-laki dan perempuan yang dimiliki oleh suatu keluarga yang mengikuti survei.

Banyak
anak
 perempuan
Banyak
anak laki-laki
0
1
2
3
4
0

3

2

1
5
9

1
1
2
1
2
3


3
1

2


4













            a.         Berapa banyak keluarga yang mengikuti survei?
            b.         Berapa banyak keluarga yang memiliki anak laki-laki?
            c.         Berapa banyak anak laki-laki dan perempuan yang terdaftar?
 d.        Apakah pernyataan ini benar “Anak laki-laki lebih banyak   dillahirkan dibandingkan anak perempuan“. Jelaskan!
e.         Menghitung semua kemungkinan secara sistematis
Strategi ini sering digunakan bersama-sama dengan strategi mencari pola dan membuat tabel, karena kadang kala tidak mungkin untuk mengidentifikasi seluruh kemungkinan himpunan penyelesaian. Dalam kondisi demikian, dapat menyederhakan dengan mengkategorikan semua kemungkinan kedalam beberapa bagian. Namun, jika memungkinkan kadang-kadang perlu mengecek atau menghitung semua kemungkinan jawaban.
Contoh :        1+2+3+4+…+100.Tentukan jumlahnya?
Penyelesaian: menjumlahkan bingan-bilangan tersebut secara berurutan
membutuhkan waktu yang lama, maka perlu dikelompokkan seperti
dibawah ini.
1+100, 2+99,3+98,…,50+51
pada akhirnya akan diperoleh 50 pasangan bilangan yang masing-masing berjumlah 101.Dengan demikian jumlah seluruhnya adalah 50(101)=5050
f.         Menebak dan menguji
Strategi menebak yang terdidik ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenaranya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis.
Contoh :     Balok dibawah ini isinya adalah 2880 cm3 . Carilah balok lain yang  memiliki isi sama.               
       
                              8 cm

                                   12 cm
                                              30 cm   
g.        Bekerja mundur
Strategi ini sangat cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi atau hasil akhir dan menayakan sesuatu yang terjadi sebelumnya.
Contoh : Jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangkan hasil kalinya 45, tentukan kedua bilangan tersebut
h.        Mengidentifikasi informasi yang didinginkan, diberikan, dan diperlukan.
Strategi ini membantu menyortir informasi dan memberi pengalaman dalam merumuskan pengalaman. Dalam hal ini perlu menentukan permasalahan yang akan dijawab, menyortir informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.
Contoh :   Harga  lima  mangga  dan empat  buah  kuini   adalah Rp 17.500 ,-. Harga tiga mangga  dan lima kuini  Rp 17.000,- berapakah harga tiap buah mangga dan kuini ?
i.          Menggunakan kalimat terbuka
Strategi ini dapat melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, dapat menggunkan variabel-veriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal.
Contoh : Dua pertiga dari suatu bilangan adalah 24 dan setengah dari bilangan tersebut adalah 18. Berapakah bilangan tersebut?
j.          Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa
Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana.
Contoh : susunlah bilangan-bilangan 1 sampai dengan 9 kedalam tiap daerah persegi pada gambar di bawah ini sehingga jumlah tiap baris, kolom, dan diagonal utamanya adalah sama










k.        mengubah pandangan
Strategi ini dapat digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa ada hasilnya.
Jika diperhatikan secara seksama antara strategi satu dengan yang lainya adalah selalu berkaitan dan berhubungan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Bahkan dalam satu soal pemecahan masalah matematika dapa menggunakan lebih dari satu strategi. Untuk memilih strategi manakah yang paling tepat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, diperlukan suatu keterampilan dan langkah-langkah secara rinci.
Contoh : Ada berapa segitiga pada gambar berikut ini ?
 





D.      Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman untuk melatih siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah (menurut Skemp dalam Nyimas Aisyah, dkk, 2007: 6). Dalam perwujudannya dapat berupa langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh dalam memecahkan suatu masalah matematika.
Dalam pemecahan masalah matematika siswa dihadapkan pada situasi yang mengharuskan siswa:
1.      Mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah
2.      Membuat model matematika dari situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
3.      Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika atau diluar matematika.
4.      Menjelaskan atau menginterprestasi hasil sesuai permasalahan semula, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban dan menerapkan matematika secara bermakna ( Zuhri, 2009: 136).
Menghadapi situasi ini, guru mengembangkan ide-ide matematikanya sehingga siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik. Dalam hal ini guru tetap berpedoman pada strategi dan langkah-langkah pemecahan masalah yang ada. Adapun penjelasan keempat langkah tersebut adalah:

a.    Memahami Soal/Masalah
       Untuk dapat melakukan tahap 1 dengan baik, maka perlu latihan untuk memahami masalah baik berupa soal cerita maupun soal non cerita. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
1.      Apakah yang diketahui dari soal?
2.      Apakah yang ditanyakan dari soal?
3.      Apa sajakah informasi yang diperlukan?
       Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diharapkan siswa dapat lebih mudah memperoleh informasi yang diinginkan, diberikan, dan diperlukan akan sangat memebantu siswa dalam tahap ini.
contoh 1:
Hasil bagi dua buah bilangan cacah adalah 5. Jika jumlah bilangan cacah adalah 36, tentukan kedua bilangan cacah tersebut ?
Penyelesaian: Misalkan bilangan tersebut adalah a dan b
Diketahui:
a : b = 5
a + b = 36
Ditanya: a = ...?  dan  b = ...?
b.    Membuat Rencana untuk Menyelesaikan Masalah
       Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan yang baik. Dalam perencanaan yang baik. Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah, hal yang penting untuk diperhatikan adalah strategi tersebut berkaitan dengan permasalah yang dipecahkan. Pada contoh 1 strategi yang tepat digunakan adalah strategi bekerja mundur dan menggunakan kalimat terbuka.
c.    Melaksakan Rencana Penyelesaian Soal
       Untuk melakukan tahap 3 dengan  baik maka perlu dilatih mengenai:
1.      Keterampilan berhitung,
2.      Keterampilan memanipulasi aljabar,
3.      Membuat penjelasan (explanation) dan argumentasi(reasoning)
4.      Penyelesain pada contoh 1:
                  

a = 5b
a = 5(6)
a = 30
                   a : b =5 maka a = 5b
                   5b + b =36
                   6b = 36
                   b = 6
d.   Memeriksa ulang jawaban
       Apakah sudah benar, lengkap, jelas dan argumentasi(beralasan). Untuk dapat melakukan tahap 4 dengan baik, maka perlu latihan mengenai:
1.      Mencocokkan hasil yang di peroleh dengan hal yang ditanyakan
2.      Memeriksa apakah jawaban yang diperoleh masuk akal
3.      Memeriksa pekerjaan, adakah perhitungan atau analisis yang salah
4.      Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi.
       Pada contoh 1 penyelesaian permasalahan di atas hasil yang diperoleh adalah bilangan 30 dan 6, sedangkan unsur-unsur yang diketahui adalah a : b = 5 dan a + b = 36, jika bilangan-bilangan 30 dan 6 di gantikan ke a : b = 5 dan a + b = 36, di dapatkan bahwa 30 : 6 = 5 dan 30 + 6 = 36 bernilai benar. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang di peroleh sudah sesuai dengan yang diketahui (Nyimas Aisyah, dkk, 2007: 22).
       Penggunaan pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika pada dasarnya untuk membantu siswa dalam belajar memecahkan masalah secara sistematis atau bertahap.
       Seperti yang dikemukakan oleh Gagne (dalam Made Wena, 2010: 63) bahwa cara terbaik yang dapat membantu siswa dalam memcahkan masalah adalah memcahkan masalah selangkah demi selangkah dengan menggunakan aturan tertentu
       Selanjutnya Sanjaya (2007: 220) mengemukakan beberapa keunggulan pemebelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah diantaranya:
a.       Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pemebelajaran siswa.
d.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimna menstransfer pengentahuan mereka untuk memahami maslah dalam kehidupan nyata.
e.       Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan . disamping itu, pemecahan masalah mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses bealajarnya.
f.       Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, bahwa pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku–buku saja.
g.      Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i.        Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
       Di samping keunggunlan, strategi pemecahan masalah juga memiliki kelemahan, di caranya yaitu:
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.       Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. http://fijrakembar.wordpress.com/category/makalah-strategi-pembelajaran/












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika.
2.        Pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu:
a.       Memahami masalah.
b.      Membuat rencana penyelesaian.
c.       Melaksanakan rencana penyelesaian.
d.      Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.

B.     Saran
Melalui tulisan ini penulis memberikan saran yang berhubungan dengan Strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, yaitu:
1.        Bagi guru, penulis menyarankan bahwa pendekatan pemecahan masalah perlu diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena pemecahan masalah dapat melatih siwa untuk mampu menggunkan berbagai konsep, prinsip, dan keterampilan matematika yang telah atau sedang dipelajari.
2.        Bagi siswa, penulis menyarankan menggunakan strategi pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah berupa soal matematika, dengan menggunakan langkah strategi pemecahan yang ada.
14

 

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas, dkk., 2007. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (dalam Paket Bahan Ajar Unit 5 oleh Konsorsium Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD )
Depdiknas., 2006. Panduan Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Sanjaya, Wina., 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sehatta, Seragih., 2007. Pengembangan Progam Pengajaran Matematika. Pekanbaru : Cendekia Insani.
Usman, Sudarmin., 2007. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Penyelesaian Soal Cerita Di Sekolah Dasar, ( dalam Jurnal Samudra Ilmu, Volume 2 Nomor 2 oleh Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang)
Trianto. 2010., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.
Wena, Made., 2011. Strategi pembelajaran inovatif Kontenporer: Suatu tinjaian Konseptual Operasional.  Jakarta : Bumi Aksara.
Zuhri, D., 2009. Penilaian Hasil Belajar Matematika. Pekanbaru : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar