Sabtu, 15 Oktober 2011

KANKER OTAK

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
            Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika dan Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti berbahaya untuk otak, terutama anak-anak.
Sebanyak 13 negara telah mendapatkan laporan studi tersebut. Studi yang dipelopori dan didanai oleh Telecom itu sudah berjalan selama bertahun-tahun sejak dimulainya tahun 1999. Tujuannya adalah untuk membuktikan adakah pengaruhnya antara ponsel dan tumor otak.
            Dalam laporan Powerwatch and the Radiation Research Trust di Inggris dan EMR Policy Institute di Amerika itu, para peneliti mengatakan bahwa gelombang radiasi yang terpancar dari ponsel memang jadi faktor pemicu tumor otak, terutama anak-anak dan orang dewasa yang rentan terkena penyakit.
            “Penelitian tentang pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia adalah studi terlama dan terbesar yang pernah saya jalani yang melibatkan 4 miliar partisipan,” ujar Lloyd Morgan, pimpinan studi yang juga anggota Bioelectromagnetics Society, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 02 September 2009.
            Lamanya studi itu dikarenakan tumor tidak tumbuh dalam waktu singkat, butuh waktu bertahun-tahun hingga seseorang terbukti memiliki tumor.
            Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa telepon genggam memang faktor penyebab tumor otak. “Masyarakat dan publik harus tahu hal ini. Bahkan tidak hanya tumor otak, kanker mata, kelenjar ludah, kanker testis dan leukimia pun menjadi ancaman selanjutnya dari ponsel,” ujar Morgan.
            Para ilmuwan dari berbagai universitas dan institusi kesehatan yang berkumpul dalam seminar “Cellphones and Brain Tumors: 15 Reasons for Concern” pun akhirnya setuju bahwa ponsel memang terbukti memicu tumor otak dan sebaiknya seseorang mengurangi intensitas yang berhubungan dengan ponsel, tidak berlama-lama menelepon dan menjauhkannya ketika sedang tidur.
Namun saat ini, di zaman serba teknologi dan cepat ini, ponsel sudah menjadi barang wajib yang harus dimiliki setiap orang, bahkan anak-anak sekalipun


1.2.  TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu tumor otak
2. Mengetahui apa penyebabnya
3. Mengetahui cara pngobatannya





BAB II
 DASAR TEORI/LANDASAN TEORI


            Meski dilihat dari angka kejadiannya, jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut menjadi ‘momok’ bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan itu umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
            Tumbuhnya sel-sel tubuh yang tidak normal ini memang menakutkan. Penyebab pasti dari kanker ini belum diketahui secara tepat, tapi berbagai faktor telah diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Faktor risiko pencetus tumor otak ini bisa karena riwayat keluarga, radiasi, zat kimia, pola makan, obat-obatan tertentu dan rokok.
            Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala yang bermakna, namun sering pula ditandai dengan gejala-gejala seperti pusing kepala, muntah, gangguan penglihatan, kesadaran, pendengaran, berjalan dan saraf. Sayangnya, sejauh ini belum ada pengobatan yang pasti, namun seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran dan farmasi berbagai upaya dilakukan semaksimal mungkin untuk “mengusir” penyakit tersebut.
            Terapi obat-obatan telah digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker. Selain itu, kasus-kasus lain mungkin ditangani dengan operasi, radioterapi, maupun kemoterapi.  Tindakan operasi termasuk yang sering dilakukan, khususnya pada penderita tumor otak.
Riset terhadap pengobatan kanker pun terus berlangsung. Ikan hiu yang diketahui telah menjelajah lautan sekitar 400 juta tahun lalu diketahui morfologinya tidak pernah berubah. Konon, di tubuh ikan ini, sel kanker tidak bisa tumbuh, karena seluruh tulangnya adalah tulang rawan. Benarkah demikian?
            Dalam catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat  makanan pengobatan, makan sirip ikan hiu dipercaya dapat mencegah penuaan kulit dan gelatin yang terkandung di dalam sirip ikan hiu dipercaya pula dapat meningkatkan vitalitas. Yang pasti, katanya sirip ikan hiu ini memang lezat. Meski hasil penelitian itu dibantah oleh ahli nutrisi dari Universitas Taiwan, Prof. Chang Hung-min yang mengatakan, sebutir telur ayam pun lebih bergizi dibandingkan semangkuk sup sirip hiu, namun peneliti-peneliti lain mengungkapkan hasil yang positip.

            Peneliti dari Indonesia yang juga Kepala Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Drh Dondin Sajuthi Ph D mengakui esktrak tulang rawan ikan hiu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Hal itu ia buktikan lewat penelitiannya.
            Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sills dari Johns Hopkins University melaporkan salah satu senyawa yang berasal dari ikan hiu Squalus, terbukti dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang menyalurkan makanan ke tumor otak. Dengan menggunakan sel pembuluh darah sistem saraf pusat sapi, kedua peneliti ini meneteskan squalamine. Setelah dua hari, pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen.
            Selain ikan hiu, tulang rawan sapi juga disebut-sebut mampu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Tentang hasilnya, Dr Greg Harper dari Council for Scientific and Indutrial Research Organization telah membuktikannya.
            Pengobatan ala barat pun semakin mendapatkan titik cerah dengan mulai ditemukannya obat-obatan yang diduga dapat membawa manfaat dalam pengobatan kanker otak. Berbagai penelitian memang masih harus dilakukan untuk menemukan obat yang mempunyai efektivitas tinggi. Tapi kita boleh berharap bahwa harapan akan semakin terbuka bagi pengobatan kanker otak. (cy)



BAB III
PEMBAHASAN

         A.    Definisi
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

B.     Epidemiologi
Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme.

C.    Klasifikasi
Klasifikasi Samuels (1986) berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :
1. Tumor supratentorial
      a
) Hemisfer otak :
           Glioma : glioblastoma multiforme
, astrositoma, oligodendroglioma,
      meningioma,  tumor metastasis
      b
) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula
     pinealis,  kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
     Dewasa :
    
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
    
b) Tumor metastasis
    
c) Meningioma
    
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
     Anak-anak :
    a
) Astrositoma serebelaris
    b
) Medulloblastoma
    c
) Ependimoma
    d
) Glioma batang otak.3
D.    Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan

E. Patofisiologi

Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan ICP disebabkan oleh : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak, semua menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke ruang subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeres ke inferior melalui incisura tentorial  oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesencephalon menyebakan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.5

F.     Gambaran klinik
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum.

Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.

Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.



3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal ataksia). 2

G.    Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.


Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).2
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.
4

H.    Terapi

Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya.
Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yangt ersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.
Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak.
Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.
      Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.
Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya.
Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukanpembedahan.
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya,  luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
Pembedahan

Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.

Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.

 Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
      Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
      Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
      Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
      Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.

Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.
Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.

I.       Prognosis
    Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

    Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
                - penderita yang berusia dibawah 45 tahun
                - penderita astrositoma anaplastik
                - penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.


Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta. 2
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
                   penderita yang berusia dibawah 45 tahun
                  - penderita astrositoma anaplastik
                 -  penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
                    pembedahan.



BAB IV
PENUTUP


4.1. KESIMPULAN

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
            Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya,  luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.


DAFTAR PUSTAKA


1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal 13 November 2004
2. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263
3. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Principles of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721
4. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 13 November 2004
5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
6. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov
7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
8. Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629
9. Bradley, Walter G., Neuro-Oncology in Pocket Companion to Neurology in Clinical Practice edisi 3, Butterworth, Boston 2000 : 239 – 267
10. Howard L.W., Lawrence P. L., Malignancy and the Nervous System in Neurology edisi 5, Williams & Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142
11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 13 November 2004
12.  John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors — From Their Biology to Their Treatments at http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal 13 November 2004
13.  13.Pinzon, Rizaldi dkk. 2003. Karakteristik Klinis dan Radiologis Tumor Otak di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM, Yogyakarta.
14.Ashadi. 2009. Gejala, Diagnosis dan Terapi Tumor Otak.  Sindereng. (Sindereng. Blogspot.com, 30 September 2009)
15.______. 2009. Tumor Otak. Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009)
16.______. 2009. Tumor Otak. Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September 2009)
17.Price, Sylvia Anderson. 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta.

Jumat, 30 September 2011

PRINSIP DASAR PERKEMBANGAN PRILAKU


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya.Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak.Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.


B.     Rumusan Masalah
Bagaimana proses perkembangan dan hubungannya dengan proses belajar ?

C.     Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah yang kami sajikan ini adalah :
ü  Menjelaskan kembali tentang perkembangan prilaku
ü  Menyebutkan dan menjelaskan tahap – tahap perkembangan
ü  Menyebutkan dan menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
ü  Menjelaskan macam – macam perkembangan
ü  Mahasiswa mampu menjelaskan apasaja tugas dan fase perkembangan





BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PRINSIP DASAR PERKEMBANGAN PRILAKU

A.     Definisi Perkembangan
·         Menurut aliran asosiasi
Pada hakekatnya perkembangan adalah proses asosiasi.
·         Menurut aliran Gestalt
Menurut aliran ini perkembangan adalah proses perkembangan deferensiasi.
·         Menurut aliran sosiologis
Menurut aliran ini perkembangan adalah proses sosialisasi[1]
Perkembangan  (development ) adalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth) berarti tahapan peningkatan sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan ( a stage of development ) ( McLeod, 1989 ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia( 1991 ), “ perkembangan ” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti terbuka atau membentang ;menjadi besar , luas,  dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna  dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology ( 1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organism lainnya, tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri organisme – organisme tersebut.
Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut.
1.      The progressive and continous change in the organism birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus – menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
2.      Growth, perkembangan itu berarti perubahan.
3.      Change in the shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian – bagian yang bersifat jasmaniah di dalam bagian – bagian yang fungsional.
4.      Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola – pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun menyimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna.
Pertumbuhan berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang bersifat konkret[2]. Perubahan seperti ini dimanifestasikan misalnya dalam peristiwa pembesaran atau penambahan seperti : dari kecil menjadi besar, dari pend4ek menjadi panjang, dari sempit menjadi luas, dan lain – lain perubahan material yang berdifat biologis. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti kenaikan dan penambahan ukuran yang berangsur – angsur seperti badan yang menjadi besar dan tegap, juga kaki dan tangan yang semakin  panjang.
B.     Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penyusun paparkan aliran – aliran yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa[3].
a.       Aliran Nativisme
Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa – apa. Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya. Benarkah postulat ( anggapan dasar ) ini dapat terus bertahan.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh dikalang beberapa orang ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Diantara ahli yang dipandang nativis adalah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistik  yang terkenal pada saat ini. Chomsky menganggap bahwa bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia yang tidak dapat dijelaskan semata – mata oleh proses belajar, tetapi juga ( yang lebih penting ) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang di bawa sejak lahir.
Namum demikian, Chomsky tidak menafikan sama sekali peranan belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan bertata bahasa yang jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia ( Bruno, 1928 )
b.      Aliran Empirisisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa – apa.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang  besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.
Kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomosili dikawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi dibawah garis rata – rata dan tanpa fasilitas umum seperti : mesjid, sekolah, serta lapangan olahragatelah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak – anak nakal. Anak – anak dilingkungan ini memang tak punya cukup alas an untuk tidak menjadio brutal, lebih – lebih apabila kedua orangtuanya  kuarang atau tidak berpendidikan.
Namum demikian, perlu pula penyusun mengemukakan sebuah fajta yang ironis, yakni diantara siswa yang dijuluki nakal dan brutal khusunya di kota – kota ternyata cukup banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan bahkan taat beragama. Sebaliknya, tidak sedik anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga bodah dan miskin atau bahkan dari keluarga yang tidak harmonis disamping bodoh dan miskin.
c.       Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh.Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkuangan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam.
1.      Faktor Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2.      Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang dating atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.

C.     Macam Perkembangan

1.      Perkembangan Fisik
awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis (Allport, 1957). Dalam taraf – taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dan kostitusi, struktur, dan  kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya[4].
Perkembangan fisik ditunjukkan dengan adanya perubahan kuatitatif pada struktur tulang –belulang, indeks tinggi dan berat badan.
a.       Tulang – belulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih lentur, berpori dan persambungannya longgar ; pada awal masa remaja menjadi 350 ( proses diferensiasi fungsi) dan pada masa usia menjelang dewasa menjadi 200 integrasi, persenyawaan dan pergeseran ( Crow & Crow 1956 : 36 );
b.      Berat badan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar 3 – 4 Kg dan 0 – 60 Cm, masa kanak-kanak sekitar 12 – 1 Kg dan 90 – 120 Cm, pada awal masa remaja sekitar 30 – 40 Kg dan 140 – 160 Cm, selanjutnya kepesatan berubahan berkurang, bahkan menjadi mapan.

2.      Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan.Dengan bahasanyalah manusia.
1.      Mengkodifikasikan, mencatat, dan menyimpan berbagai hasil pengalaman pengamatan (observasi) – nya berupa kesan dan tanggapan (persepsi), informasi, fakta, dan data, konsep atau pengertian (concept and ideas), dalil atau kaidah atau hokum (principles) sampai kepada bentuk ilmu pengetahuan.
2.      Mentransformasikan dan mengolah bervagai bentuk informasu tersebut diatas melalui proses berfikir dan dengan mempergunakan kaidah-kaidah logika.
3.      Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian dan penghayatan.
4.      Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima) berbagi informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.

3.      Perkembangan Prilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan

a.       Perkembangan Prilaku Sosial
Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon), kata Plato.
b.      Perkembangan Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari kelompoknya, secepat tiu pula individu menyadari bahwa terdapat atiuran-aturan prilaku yang boleh, harus atau terlarang melakukannya.
Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi dengan lingkungannya dimna ia mungkin mendapat larangan, suruhan, pembenaran atau persetujuan, kecaman atau celaan, atau merasakan akibat – akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula mengecewakan dari perbuatan –  perbuatan yang dilakukannya.
c.       Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Dengan kehalusan perasaan (fungsi – fungsi efektifnya disertai kejernihan akal budi (fungsi – fungsi konatif)- nya, pada saat tertentu, seseorang setidak – tidaknya pasti mengalami, mempercayai, bahkan menyakini dan menerimanya tanpa keraguan ( mungkin pula masih dengan keraguan), bahwa diluar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang melebihi apa pun termasuk dirinya.

D.     Tugas dan Fase Perkembangan
a.       Tugas perkembangan fase bayi dan kanak – kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu, masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun[5].
Tugas – tugas pada perkembangan fase ini mengikuti kegiatan –kegiatan belajar sebagai berikut.
1.      Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dari bubur susu, beras, nasi dan seterusnya.
2.      Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegangan pada tembok atau sandaran kursi.
3.      Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut nama ayah, ibu, dan nama benda- benda yang ada disekelilingnya.
4.      Belajar mengendalikan pengeluaran  benda – benda buangan dari tubuhnya, misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
5.      Belajar membedakan jenis kelamin laki – laki dan perempuan, bersopan santun seksual.
6.      Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf , suku kata fan kata – kata tertulis.
7.      Belajar mengadakan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah, saudara kandung, dan orang – orang di sekelilingnya.
8.      Belajar membedakan hal – hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal – hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata hati (hati nurani).

b.      Tugas perkembangan fase anak-anak
Masa anak –anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun. Adapun tugas –tugas perkembangan pada masa perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal – hal sebagai berikut.
1.      Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bemain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran, dan seterusnya.
2.      Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya nsendiri sebagai seorang yang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri ( self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy).
3.      Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku dimasyarakat.
4.      Belajar memainkan peran sebagai seorang pria ( jika ia seorang pria), dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
5.      Mengembangkan dasar – dasar  keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.
6.      Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen dan bertanggung jawab.
c.       Tugas perkembangan fase remaja
Masa remaja ( adeslocence ) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut: 1 ) subperkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber;2 ) subperkembangan puber selama dua setengah sampai tiga setengah tahun;3 ) subperkembangan pos-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masa terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu.Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai menampakkan tanda-tanda kedewasaan.
Adapun tugas – tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan masa dewasa.
1.      Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuia dengan etika dan moral yang berlaku di masyarakat.
2.      Mencapai peranan social sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan social sebagai wanita ( jika ia seorang wanita) selaras dengan tuntutan social dan cultural masyarakatnya.
3.      Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku social tertentu yang bertanggung jawab di tengah – tengah masyarakatnya.
4.      Mencapai kemerdekaan / kebebasan emosional orangtua dan orang – orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang “personal” (menjadi dirinya sendiri).
5.      Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang ekonomi.
6.      Mempersiapkan diri untuk masuk dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami ( ayah) dan istri (ibu).
7.      Memperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideology untuk keperlan kehidupan kewarganegaraannya.
d.      Tugas perkembangan dewasa
Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja memasuki masa dewasa, yakni usia 21 – 40 tahun. Adapun tugas – tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah meliputi hal – hal sebagai berikut.
1.      Mulai bekerja mencari nafkah, khususnya apa bila ia tidak melanjutkan karier akademik.
2.      Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calon suami atau istri)
3.      Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami atau istri.
4.      Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni dengan istri / suaminya.
5.      Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
6.      Membesarkan anak-anak dengan menyediakan dan tuntunan pangan, sandang, dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan ( dalam arti yang luas ) yang memadai.
7.      Menerima tanggu jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundangan – undangan dan tutunan social yang berlaku di masyarakatnya.
8.      Menemukan kelompok sosial ( perkumpulan kemasyarakatan ) yang cocok dan menyenangkan.

e.       Tugas perkembangan setengah baya
Masa setengah baya ( middle age ) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu,pri dan wanita yang yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijulikin  sebagai orang yang sedang mengalamin ,masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek,suka bersiakp dan berbuat emisional / mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Mencapai tanggu jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa.
2.    Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun ( khususnya anak kandungnya sendiri ) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggu jawab.
3.    Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik- baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
4.    Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( ddengan suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
5.    Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa seetengah baya.
6.    Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
7.    Menyesuaikan diri dengan perikehidupan ( khususnya dalam hal cara bersikap medan bertindak ) orang-orang yang berusia lanjut.

f.       Tugas perkembangan fase usia tua
Masa tua ( old age ) adalah fase berakhir kehidupan manusia.masa ini berlangsung antara usia 60 tahun sampaiberhembusnya napas teraklhir ( akhir hayat ). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” ( masa tua ) biasa nya di tandai olehperubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
Tugas – tugas perkembangan pada masa tua sesuai dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya itu adalah sebagai berikut.
1.    Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya.
2.    Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan dan berkurangnya income (penghasilan).
3.    Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (istri atau suami).
4.    Membina hubungan yang tegas (aflliasi eksflisit) dengan para anggota kelompok seusianya.
5.    Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuaidengan kebutahannya.

E.     Hukum perkembangan
Pengertian hokum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan hukum dalam  dunia peradialan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah ataupatokan mengenai terjadinya peristiwa tertentu.secara spesifik,hukum perkembangan dapat diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
a.    Hukum konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tida hanya di pengaruhi oleh factor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya efek lingkungan yang di alami siswa.
b.    Hukum perkembangan dan pengembangan diri
Pada anak balita, wujud pertahanan diri itu berupa tangisan ketika lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan hewan atau orang yang ada disekelilingnya.Dari usaha mempertahankan diri ini, berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak, antara lain memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui yang ada di sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya tampak keingintahuannya terhadap sesuatu itu berkali – kali.Alhasil, manusia berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.
c.    Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.Masa peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengermbangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “ mudah dirangsang “ ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran. Artinya, jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh system memorinya. 
d.    Hukum keperluan belajar
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidak menyebutnya secara eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara lahiriah dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan belajar, meskipun sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang sebenarnya berpotensi untuk bias berjalan sendiri itu.
e.       Hukum kesatuan anggota badan\
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses perkrmbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya.Jadi, perkembangan panca indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara, dan merasa.Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
f.       Hokum tempo perkembangan
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia umunya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambvat biasanya menjukkan kelainan yang relative sangat jarang terjadi.
g.       Hokum irama perkembangan
Disamping ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses perkemabangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yangh tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
h.      Hukum rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi doktrin yang mengatakan bahwa perkembangan proses perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).































BAB III
PENUTUP



A.     Kesimpulan
Perkembangan adalah proses perubahan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi – fungsi organ jasmaniah, bukan organ – organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ – organ fisik. Faktor – faktor yang memperngaruhi perkembangan yaitu, aliran nativisme, aliran empirisisme, aliran konvergensi.Hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.

B.     Saran
Dengan mempelajari meteri ini, mudah – mudahan dapat memberi pemahaman yang lebih kepada mahasiswa yang membacanya. Dengan meteri ini nantinya pembaca harus bias mengerti apa itu perkembangan prilaku serta harus mengerti apasaja faktor yang mempengaruhi perkembangan prilaku. Apalagi kita sebagai seorang calon guru, kita harus mampu mengetahui tahap – tahap perkembangan siswa, supaya kita memberikan pendidikan yang pantas dan sesuai dengan tahapan perkembangannya.

C.     Implikasi
Dengan kita mempelajari materi ini, kita mengetahui bagaimana proses perkembangan prilaku, dengan begitu kita bias mengetahui bagai man kita menghadapi anak – anak atau siswa yang sedang ada dalam masa perkembangan.







Daftar Pustaka
                                                                                                                                                                                   

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Wahib, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Rineka Cipta.


[1] Sumadi Suryabrata, 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 170 - 174
[2]Psikologi Pendidikan, Muhibbin syah, 2003, Rosdakarya. Bandung. Hal . 42
[3]Ibid, hal. 43

[4]Psikologi Pendidikan, Abin Syamsuddin Makmun, 2004. PT. Remaja Rosdakarya. bandung
[5]Psikologi Pendidikan, Muhibbin syah, 2003, Rosdakarya. bandung