BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam
kegiatan pembelajaran adalah guru dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam memberikan pembelajaran
terhadap siswa-siswanya.
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang
memegang peran antara lain guru dan siswa sebagai pelakunya, proses
belajar mengajarnya itu sendiri, fasilitas pendukung yang tersedia, lingkungan
tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tersebut dan lain sebagainya.
Proses pembelajaran dapat diikuti dengan
baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran,
hal ini dikarenakan tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih
dipengaruhi oleh pengalaman siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran
matematika merupakan usaha membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui
proses. Proses tersebut dimulai dari pengalaman, sehingga siswa harus diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus
dimiliki.
Untuk itu, guru perlu menemukan cara
terbaik bagaimana menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga semua
siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut dan
bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan
dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Salah satu alternatif yakni model
pembelajaran dengan pendekatan deduktif dan induktif, karena model ini selain
dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam hal mengkomunikasikan matematika dengan cara mengawali suatu materi
dengan contoh-contoh dengan tujuan supaya siswa dapat mengidentifikasi,
membedakan kemudian mengintepretasi, menggeneralisasi dan akhirnya mengambil
kesimpulan.
B.
Rumusan Penulisan
Rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana model pembelajaran dengan
pendekatan induktif dan deduktif ?
2. Bagaimana desain pembelajaran pendekatan
induktif dan deduktif dalam matematika?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui model pembelajaran dengan pendekatan induktif dan deduktif
2.
Untuk
mengetahui desain pembelajaran pendekatan induktif dan deduktif dalam
matematika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran digunakan sebagai penjelas
untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga
mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Sagala (2010:68)
menjelaskan bahwa “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh
oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk satuan
instruksional tertentu.”Sedangkan menurut Sanjaya (2008:125) menyatakan bahwa
“Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran.” Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena
itu, metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu. Menurut Wahjoedi (1999:121) bahwa, “Pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia
dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar
secara optimal”.
Berdasarkan pengertian tentang pendekatan
pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran
merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
B. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh
filosof Inggris Perancis Bacon yang menghendaki agar penarikan kesimpulan
didasarkan pada fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin, sistem ini dipandang
sebagai sistem yang paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif
disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai bagitu saja tanpa
diteliti secara rasional. Pada dasarnya berpikir induktif ialah suatu proses
dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Sagala (2010:77) yang mengatakan bahwa “Dalam konteks
pembelajaran pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu prinsip atau aturan.” Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa Pendekatan
induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha
keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran
tersebut. Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara
penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu
kesimpulan, prinsip atau aturan.
Menurut Yamin (2008:90) pendekatan induktif tepat
digunakan manakala:
1) Siswa telah mengenal atau telah
mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
2) Yang diajarkan berupa keterampilan
komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
3) Pengajar mempunyai keterampilan
fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan
sabar,
4) Waktu yang tersedia cukup panjang.
Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
1) Memilih dan menentukan bagian dari
pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan
yang akan diajarkan.
2) Menyajikan contoh-contoh spesifik dari
konsep, prinsip atau aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun
hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum.
3) Kemudian bukti-bukti disajikan dalam
bentuk contoh tambahan dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang
dibuat siswa.
4) Kemudian disusun pernyataan tentang
kesimpulan misalnya berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.
Strategi
pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam
belajar. Pembelajaran ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya
(questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru
akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara
berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini
sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat
siswa berpikir.
Jenis
pendekatan induktif:
a) Membentuk satu generalisasi dari pada
contoh-contoh tertentu.
b) Membentuk satu prinsip dari uji kajian
tertentu.
c) Membentuk satu hukum dari
pernyataan-pernyataan tertentu.
d) Mendapat satu teori dari urutan suatu
pemikiran.
Toni
Julianto (2012) dalam makalahnya menyatakan ciri-ciri dari strategi
pembelajaran induktif adalah:
a) Penekanan pada keterampilan berpikir dan
tujuan-tujuan afektif
b) Berstruktur rendah
c) Penggunaan waktu yang kurang efisien
d) Memberi kesempatan yang banyak untuk
belajar sewaktu-waktu
Model pengajaran induktif dari Hilda
Taba ini didasarkan atas 3 postulat utama mengenai berfikir, yaitu sebagai
berikut:
a. Bahwa berpikir dapat dididik
b. Bahwa berpikir adalah suatu transaksi
aktif antara individu dan data
c. Bahwa proses berpikir lambat laun
membentuk kaidah -kaidah berpikir.
Induktif
merupakan proses berpikir di mana siswa menyimpulkan dari apa yang diketahui
benar untuk hal yang khusus, juga akan benar untuk semua hal yang serupa secara
umum. Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari
pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian
dari argumentasi itu.
Matematika dikenal
sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam
matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain.
Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat
dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan
eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai
dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua
keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu
generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya
sesudah dibuktikan secara deduktif. Berikut
adalah beberapa contoh pembuktian dalil atau generalisasi pada matematika.
Dalil atau generalisasi berikut
dibenarkan dalam matematika karena sudah dapat dibuktikan secara deduktif.
Contoh : Bilangan
Bilangan
ganjil ditambah bilangan ganjil sama dengann bilangan genap.
Misalnya
kita ambil beberapa buah bilangan ganjil yaitu 1, 3, -5, 7. Maka:
+
|
1
|
3
|
5
|
7
|
1
|
2
|
4
|
6
|
8
|
3
|
4
|
6
|
8
|
10
|
5
|
6
|
8
|
10
|
12
|
7
|
8
|
10
|
12
|
14
|
Dari
tabel di atas, terlihat bahwa untuk setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan
hasilnya selalu genap. Dalam matematika hasil di atas belum dianggap sebagai
suatu generalisasi, walaupun anak membuat contoh-contoh dengan bilangan yang
lebih banyak lagi. Pembuktian dengan cara induktif ini harus dibuktikan lagi
dengan cara deduktif.
Contoh
: Pola Geometri
Perhatikan
gambar berikut ini!
Dapatkah
kita menduga dua bilangan sesudah 10?
Jawab:
Menurut Wariman (1997) ada beberapa
kekurangan dan kelebihan pembalajaran induktif
1. Kelebihan dari pendekatan induktif
antara lain :
a) Dapat mengembangkan keterampilan
berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan.
b) Dapat menguasai secara tuntas
topic-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antar siswa sehingga
didapatkan suatu kesimpulan akhir.
c) Mengajarkan siswa berpikir kritis karena
selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
d) Melatih siswa belajar bekerja
sistematis.
2. Kelemahan dari pendekatan induktif
antara lain :
a) Memerlukan banyak waktu.
b) Sukar menemukan pendapat yang sama
karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda.
C. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang
sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori
dan meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya
mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan,
menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama
siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan.
Menurut Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa
“Berpikir deduktif merupakan proses berfikir yang didasarkan pada
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan
menggunakan logika tertentu.”
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang
menyatakan bahwa: Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari
keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa
“Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi
pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya
dalam situasi tertentu.”
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang
berbentuk teoritis kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat
umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah
ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil
contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil
kesimpulan bahwa pendekatan deduktif
adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus.
Menurut
Yamin (2008:89) pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
1) Siswa belum mengenal pengetahuan yang
sedang dipelajari,
2) Isi pelajaran meliputi terminologi,
teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
3) Pengajaran mengenai pelajaran tersebut
mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik,
4) Waktu yang tersedia sedikit.
Menurut Sagala (2010:76) langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
1. Guru memilih konsep, prinsip, aturan
yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif,
2. Guru menyajikan aturan, prinsip yang
berifat umum, lengkap dengan definisi
dan contoh-contohnya,
3. Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat
menyusun hubungan antara keadaan khusus
dengan aturan prinsip umum,
4. Guru menyajikan bukti-bukti untuk
menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran
dari keadaan umum.
Toni Julianto (2012) dalam makalahnya menyatakan kelebihan
dan kelemahan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain
adalah:
1. Kelebihan pendekatan deduktif antara
lain:
a) Tidak memerlukan banyak waktu.
b) Sifat dan rumus yang diperoleh dapat
langsung diaplikasikan ke dalam soal-soal atau masalah yang konkrit.
2. Kelemahan pendekatan deduktif antara
lain:
a) Siswa sering mengalami kesulitan
memahami makna matematika dalam pembelajaran.
Hal ini
disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
b) Siswa sulit memahami pembelajaran
matematika yang diberikan karena siswa menerima konsep matematika yang secara
langsung diberikan oleh guru.
c) Siswa cenderung bosan dengan
pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karena disini siswa langsung menerima
konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri konsep
tersebut.
Pembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat
dekat bagi model pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan
konsep dan generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan
guru secara aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak pada urutan
kejadian selama pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu
yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang
guru harus lebih aktif daripada siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan metode
ceramah, tanya jawab dan simulasi.
Dalam strategi pembelajaran deduktif pesan diolah
mulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus, dari hal abstrak kepada hal
yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkrit,
dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang logis.
Langkah-langkah
dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap:
1. Pengajar memilih pengetahuan untuk
diajarkan.
2. Pengajar memberi pengetahuan kepada
peserta didik.
3. Pengajar memberikan contoh-contoh dan
membuktikannya kepada peserta didik.
Misalnya, bila
diambil contoh untuk pengajaran tentang kalimat tunggal, maka pengajar memulai
dengan definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan
dengan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Teknik penyajian pelajaran yang
paralel dengan strategi pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah.
Pembelajaran
deduktif terdiri dari empat tahap
a) Guru mulai dengan kaidah-kaidah konsep
(concept rule) atau pernyataan yang mana dalam pembelajaran diupayakan untuk
pembuktiannya,
b) Guru memberikan contoh-contoh yang
menunjukkan pembuktian dari konsep,
c) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
untuk mendapatkan atribut/ciri dan bukan esensi dari konsep-konsep,
d) Siswa memberikan beberapa kategori dari
contoh yang diberikan oleh guru
Pembelajaran deduktif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. Pembelajaran
deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model pembelajaran induktif.
Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan
contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing
siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama pembelajaran,
keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan serta biasanya
pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih aktif daripada
siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan
simulasi.
Toni
Julianto (2012) dalam makalahnya menyatakan ciri-ciri pembelajaran deduktif
adalah sebagai berikut :
a) Berorientasi pada siswa.
b) Berstruktur tinggi.
c) Penggunaan waktu yang lebih efisien.
d) Kurang memberi kesempatan untuk belajar
sewaktu-waktu.
Sintaks
pembelajaran deduktif adalah:
a) Menyatakan abstraksi.
b) Memberi ilustrasi.
c) Aplikasi.
d) Penutup.
Telah dikemukakan bahwa pendekatan deduktif
berdasarkan pada penalaran deduktif. Penalaran deduktif merupakan cara menarik
kesimpulan dari hal yang umum menjadi ke hal yang khusus. Dalam penalaran
deduktf, tidak menerima generalisasi dari hasil observasi seperti yang diperoleh
dari penalaran induktif. Dasar penalaran deduktif adalah kebenaran suatu
pernyataan haruslah didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar. Kalau
begitu bagaimana untuk menyatakan kebenaran yang paling awal? Untuk mengatasi
hal ini dalam penalaran deduktif memasukkan beberapa pernyataan awal/pangkal
sebagai suatu “kesepakatan’, yang diterima kebenarannya tanpa pembuktian, dan istilah/pengertian
pangkal yang kita sepakati maknanya.
Pengertian pangkal merupakan pengertian
yang tidak dapat didefinisikan. Titik, garis, dan bidang merupakan
contoh-contoh pengertian pangkal, sebab titik, garis, dan bidang dianggap ada tapi
tidak dapat dinyatakan dalam kalimat yang tepat. Pernyataan-pernyataan pangkal
yang memuat istilah atau pengertian tersebut dinamakan aksioma atau postulat.
Dengan penalaran deduktif dari kumpulan aksioama yang menggunakan pengertian
pangkal tersebut, kita dapat sampai kepada teorema-teorema yaitu
pernyataan-pernyataan yang benar.
Contoh
:
Pembuktian penjumlahan
bilangan ganjil adalah genap secara deduktif sebagai berikut
:
Misalkan
: a1 dan a2 adalah sembarang bilangan bulat, maka 2a1
bilangan genap dan 2a2 bilangan genap, maka 2a + 1 bilangan ganjil
dan 2a2 + 1 bilangan ganjil.
Jika
dijumlahkan :
(2a1 + 1) + (2a2 +
1) = 2 a1 + 2a2 +
2
=
2 (a1 + a2 + 1)
sifat tertutup
=
2a
Karena
a dan b bilangan bulat maka (a + b + 1) juga bilangan bulat, sehingga 2 (a + b
+1)
adalah
bilangan genap.
Jadi
bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil sama dengan bilangan genap
(generalisasi)
Jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama
dengan 1800.
Misalnya siswa mengukur ketiga sudut
sebuah segititga dengan busur derajat dan menjumlahkan ketiga sudut tersebut,
ternyata hasilnya sama dengan 1800. Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan
ketiga sudut ini diberlakukan kepada segitigasegitiga yang lain dan hasilnya
selalu sama dengan 1800, tetap kita tidak dapat menyimpulkan bahwa jumlah
ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dnegan 1800, sebelum
membuktikan secara deduktif.
Garis
a // garis b, dipotong oleh garis c dan garis d, maka terbentuk Ð1
, Ð
2 , Ð 3 , Ð
4 , Ð 5.
Ð 1 + Ð 2 +Ð
3 = 1800 (membentuk sudut lurus)
Ð 1 = Ð 4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Ð 3 = Ð 5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Maka
: Ð 1 + Ð 2 + Ð 3 = Ð 4 +Ð
2 + Ð
5 = 1800
Karena
Ð 4 + v 2 + Ð 5 merupakan Jumlah dari ketiga buah sudut
pada sebuah segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam
sebuah segitiga sama dengan 1800.
Kesimpulan
yang didapat dengan cara deduktif ini barulah dapat dikatakan dalil atau
generalisasi.
d.
Pendekatan Pembelajaran Induktif-Deduktif
Pembelajaran
induktif-deduktif adalah model pembelajaran yang memadukan model pembelajaran
induktif dan model pembelajaran deduktif. Pembelajaran diawali secara induktif
dengan memberikan sejumlah contoh agar siswa mengidentifikasi, menginterpretasi
data kemudian membuat kesimpulan. Secara deduktif, setelah siswa mampu
mendefinisikan atau menggenarilasasikan dapat memberikan contoh atau non contoh
serta dapat membuktikannya.
Model pembelajaran induktif-deduktif yang efektif harus memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.
Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu mengekspresikan
gagasannya.
b.
Proses berpikir siswa berkembang dari data yang sifatnya spesifik menuju
generalisasi.
c.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
d.
Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menemukan konsep dan memberikan
bukti atau penjelasan.
e.
Siswa menemukan pengalaman yang banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
f.
Siswa mampu melakukan penalaran dengan baik.
g.
Guru mengendalikan unsur-unsur yang terlihat, misalnya suasana
kelas, data, dan guru sebagai pengendali serta kelas dapat berfungsi sebagai
laboratorium.
h.
Dalam pengorganisasiannya dapat dilakukan secara klasikal, individual
dan kooperatif.
i.
Pembelajaran secara kooperatif menciptakan suasana yang demokratis
di kelas, untuk jangka panjang kondisi seperti ini membawa siswa pada kehidupan
nyata di masyarakat (sekolah/kelas dijadikan sebagai miniatur masyarakat).
j.
Siswa terlibat dalam kegiatan yang behubungan dengan data yangada,
bahan dan objek sehingga merasa ada pola tertentu dari data yang diperolehnya.
k.
Biasanya ada beberapa generalisasi yang dapat dirumuskan siswa.
l.
Guru memberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil generalisasi
yang diperoleh di kelas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Strategi
pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam
belajar.
·
Pendekatan
induktif adalah pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah
keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip
atau aturan agar siswa mengidentifikasi, menginterpretasi data kemudian membuat
kesimpulan.
·
Pendekatan
deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus.
·
Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan
diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar
pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi
penemuan deduktif, kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu
untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru
cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran
siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran.
B. Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang
ada di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami
menyarankan untuk dilakukan suatu pengkajian yang lebih mendalam mengenai
materi ini. Demi perbaikan makalah kami selanjutnya kami mohon saran dan kritik
pembaca yang bersifat membangun. Demikianlah hasil karya tulis kami yang
terangkum dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Shadiq,
Fadjar. (2003). Peran Penalaran dan Komunikasi serta Pemecahan Masalah Selama
Proses Pembelajaran Matematika dalam Peningkatan Kualitas Siswa. Paket
Pembinaan Penataran. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Shadiq,
Fadjar. Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan
Bermain-main dengan Bilangan, (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com)
Suwangsih,Dra.Erna.
Makalah “Pendekatan Pembelajaran Matematika” internet.
Drs. Markaban, M.Si, (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika
SMK. Paket Fasilitasi
Pemberdayaan Kkg/Mgmp Matematika.Yogyakatra: PPPPTK