Senin, 25 Februari 2013

Contextual Teaching and Learning



PEMBAHASAN


Pendefinisian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh ahli sangatlah beragam, namun pada dasarnya memuat faktor-faktor yang sama. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas. Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun berkelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Berns dan Ericson (2001), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari – hari  dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya. Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada penelitian kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga guru harus merencanakan pengajaran yang cocok dengan tahap perkembangan siswa, baik itu mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi pengaturan belajar siswa, mempertimbangkan latar belakang dan keragaman pengetahuan siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan assessmen otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Selanjutnya dalam sebuah laporan untuk Northwest Regional Educational Laboratory, (Owens 2001)(Depdiknas ,2003) mengemukakan tujuh elemen kunci dari pengajaran kontekstual yaitu belajar bermakna, penerapan pengetahuan, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar yang sesuai, responsif terhadap budaya, dorongan aktif serta penilaian yang otentik. Hal tersebut senada dengan Nurhadi dalam Depdiknas,(2003) yang menyatakan bahwa :

“Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yaitu :   Konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (relfection), dan asesmen otentik ( authentic assesment).”

1.      Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengalaman itu memang bersala dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sesbab itu pengalaman terbentuk oleh dua factor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut.

2.      Menemukan(Inquiry)
       Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

3.      Bertanya (Questioning)
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

4.      Masyarakat belajar (Learning community)
       Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat didorong untuk membantu yang lambat belajar.

5.   Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing. guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya.

6.   Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.

7.      Penilaian nyata (Authentic assessment)
Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
            Pendapat lain mengenai komponen-komponen utama dari pengajaran kontekstual yaitu menurut Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pengajaran kontekstual berarti membuat koneksi untuk menemukan makna, melakukan pekerjaan yang signifikan, mendorong siswa untuk aktif, pengaturan belajar sendiri, bekerja sama dalam kelompok, menekankan berpikir kreatif dan kritis, pengelolaan secara individual, menggapai standar tinggi, dan menggunakan asesmen otentik.
Ada lima karakteristik yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:
  1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
  2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
  3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) Konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validisasi) dan atas dasar tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
  4. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
  5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Aktifitas pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan menurut Bern dan Se Stefano (Suryadi, 2005) memiliki beberapa komponen, yaitu  :
1.      Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dimulai dengan menghadapkan siswa kedalam suatu permasalahan nyata atau disimulasikan yang menantang, agar siswa dapat termotivasi untuk menyelesaikannya. Ketika siswa berhadapan dengan permasalahan itu, mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, artinya mereka akan menyadari bahwa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut siswa harus dapat mengkonstruksi pengetahuan secara kritis dengan cara mengkoneksikan, mengintegrasikan serta mengeksplorasi informasi, ide – ide serta konsep pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang ia miliki.

2.      Belajar dengan Multi Konteks
Belajar dengan multi konteks artinya siswa belajar disesuaikan dengan melibatkan keadaan kondisi sehari – hari, sehingga pengetahuan yang didapat dari sekolah dapat diaplikasikan di tempat kerja, di rumah, bahkan di lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu proses belajar siswa dalam mendapatkan pengetahuan diperoleh melalui suatu pengkoordinasian yang melibatkan konteks sosial dan fisik, sehingga setting pembelajaran dapat dilakukan di dalam atau di luar ruang kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sears dan Hersh (2001) yang mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mungkin dapat dipisahkan dari konteks dan aktivitas yang terkait dengan proses pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, bagaimana seseorang belajar, harus memperhatikan situasi – kondisi di mana dia belajar sehingga mampu mendapatkan pengetahuan secara bermakna.

3.      Self-Regulated Learning (SRL)
Pengaturan belajar mandiri (Self Regulated Learning) menurut Bern dan Se Stefano, mencakup tiga karakteristik sentral yaitu : (1) kesadaran berpikir, (2) penggunaan strategi, dan (3) pemeliharaan motivasi. Pengembangan sifat SRL pada diri seseorang meliputi peningkatan kesadaran tentang berpikir efektif serta kemampuan menganalisis kebiasaan berpikir. Seseorang memiliki peluang untuk mengembangkan keterlibatannya secara pribadi dalam kegiatan observasi, evaluasi, dan bertindak untuk mengarahkan tiap rencana yang dia buat, strategi yang dipilih, serta evaluasi tentang pekerjaan yang dihasilkan. Agar motivasi belajar siswa selalu terpelihara baik, maka beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah tujuan aktivitas yang dilakukan, tingkat kesulitan serta nilainya, persepsi siswa tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan tersebut, dan persepsi siswa apabila mereka berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan  pembelajaran. Dengan demikian SRL meliputi sikap dan kesadaran berpikir, penggunaan strategi, serta motivasi siswa dalam belajar.
Peranan siswa dan guru dalam SRL dapat dirangkum dalam Tabel 2.1 di bawah ini
Tabel 2.1
Peran Siswa dan Guru dalam Self Regulated Learning

Peran Siswa

Peran Guru

·         Berperan aktif dalam proses belajar
·         Mendefiniskan tujuan belajar serta masalah yang bermakna secara personal

·         Menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses dan keterlibatan dalam belajar

·         Mempertimbangkan berbagai macam pilihan strategi serta memilih strategi yang dianggap paling sesuai untuk mencapai tujuan
·         Menyadari serta melakukan umpan balik atas proses berpikir yang dilakukannya dan secara berkelanjutan  mengembangkan pembelajarannya.
·         Memperoleh makna serta pengetahuan dan melakukan transfer atau aplikasi pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif dan inovatif
·         Berfikir secara refleksi sebagai alat untuk mengembangkan aspek kognitif dan transfer pengetahuan.
·         Berpartisipasi dalam evaluasi untuk pengembangan kemajuannya.

·         Memfasilitasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengaturan belajar secara mandiri.
·         Menciptakan kesempatan untuk terjadinya aktifitas pribadi yang terkendali, bekerja kelompok, dan berbagi pengetahuan.

·         Membimbing siswa untuk belajar sebagaimana mestinya.

·         Bertindak sebagai fasilitas dan pembimbing
·         Menjadi model, mediator, dan moderator yang kondisional dengan kebutuhan siswa
·         Membantu siswa untuk mengkoneksikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
·         Aktif mendengarkan, bertanya, menyediakan balikan, serta menolong siswa untuk selalu terfokus pada permasalahan yang dihadapi

4.      Penilaian yang Otentik
Penilaian yang otentik adalah suatu penilaian yang tidak hanya mementingkan produk pembelajaran, tetapi lebih berorientasi pada proses sehingga pelaksanaan penilaian menyatu selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan cara ini, maka setiap perkembangan peserta didik baik individu maupun kelompok akan teramati, sehingga setiap kelebihan dan kelemahan yang ditemukan akan segera dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi siswa maupun guru.

5.      Masyarakat Belajar
Aktivitas siswa selama KBM berlangsung melibatkan suatu komunitas belajar tertentu yang dikenal sebagai masyarakat/komunitas belajar (Learning Community). Dalam komunitas ini siswa memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar, peserta didik berbicara mengemukakan pendapatnya, berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain serta bekerja sama dalam suatu kelompok kecil (5/6 orang siswa), saling berargumen dan menghargai pendapat orang lain, oleh karena itu dalam pembelajaran akan terjadi suatu proses umpan balik yang aktif baik antar siswa maupun dengan guru. Dengan terjadinya interaksi tersebut, maka dengan sendirinya timbul refleksi hasil pemikiran siswa ataupun kelompoknya, yang akhirnya akan meningkatkan pemahaman matematik setiap siswa.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual di dalam kelas tidaklah sulit, karena pendekatan pembelajaran ini menurut The Nortwest Regional Education Laboratory USA (Suherman, 2002) memiliki karakteristik utama, yaitu Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modeling, Reflection dan Authentic Assesment. Hal ini seperti yang diungkapkan Depdiknas (Nurhadi, 2002), yang menyatakan bahwa:
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, sintaks (langkahnya) adalah berikut ini :
1.      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mereka sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2.      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.      Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).
5.      Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
6.      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7.      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

PERBEDAAN PENDEKATAN CTL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL

Pendekatan CTL
Konvensional
1.     
Siswa terlibat dalam proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator dan mediator
Siswa menerima infomasi secara pasif, guru mendominasi pembelajaran

2.     
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok diskusi dan saling mengoreksi
Siswa belajar secara individual
3.     
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah kontekstual
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4.     
Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan

5.     
Keterapilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Keterampilan dibangun atas dasar latihan

6.     
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai paham, kemudian dilatih(drill)

7.     
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
Rumus itu ada diluar diri siswa yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan

8.     
Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa
Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang)




Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Model CTL

Berdasarkan deskripsi karakteristik model CTL pada  bab III, secara garis besar tugas – tugas perencanaan penerapan model tersebut tersusun pada matrik perencanaan sebagai berikut :


Tugas Perencanaan Penerapan Model CTL
NO
SASARAN
STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN
DUKUNGAN
INDIKATOR PENCAPAIAN SASARAN
I
Kepraktisan penerapan model CTL
1.     Rumuskan sintaks untuk setiap tahapan secara sederhana dan mudah dipahami dan dilakukan

·       Buku model
·       RP, dan BPG
·       Tersedia pedoman  berupa buku model CTL
·       Tersedia RP sebagai operasional dari sintaks dan buku petunjuk guru sebagai operasional pencapaian materi
·       Terumuskan indicator keterlaksanaan setiap tahapan dalam sintaks


2.     jelaskan aturan pengorganisasian aktivitas siswa dan guru serta kejelasan tugas – tugas dan perilaku yang dituntut dalam pembelajaran

·       Karakteristik siswa, daftar hadir, nilai rapor,tes kemampuan awal, informasi dari guru
·       Pola interaksi
·       Formasi tempat duduk
·       Tersedia pedoman berupa buku model
·       Tersedia petunjuk pembentukan kelompok dan daftar pembagian kelompok
·       Tersedia formasi tempat duduk





3.     Rumuskan dengan jelas, sederhana, mudah dilakukan perilaku guru yang dikehendaki dalam  pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

·       Petunjuk pemberian skafolding

·       Terumuskan indicator keterlaksanaan prinsip reaksi

II
Keefektifan penerapan model CTL
1. Rumuskan kompetensi dasar dan indicator serta criteria ketuntasan pembelajaran

·       Kurikulum KTSP matematika 2006
·       Rancang masalah yang bersumber dari fakta dan lingkungan sekitar
·       Tersedia kurikulum KTSP dan buku – buku matematika SMP  kelas IX
·       Tersedia potret fakta dan obyek – obyek dari lingkungan sekitar sebagai bahan inspirasi dan sumber masalah.
·       Tersedia bank/kumpulan masalah – masalah bersumber dari fakta dan lingkungan sekitar yang memuat konsep dan prisip matematika setiap pokok bahasan
·       Tersedia criteria pencapaian ketuntasan pembelajaran


1.        Merubah perilaku belajar mengajar guru dan siswa.

·       Guru menguasai teori – teori kontrukstivis dan praktek dalam pembelajaran matematika
·       RP, BPG,BS,LKS
·       Perilaku mengajar guru sebagai fasilitator, konsultan, mediator
·       Perilaku belajar sebagai penemu, pemikir.
·       Tersedia RP, BPG,BS,LKS
·       Tersedia indicator dan criteria penentuan kemampuan guru mengelola pembelajaran.


2.        Aktifkan siswa dengan pola interaksi edukatif.

·       Karakteristik siswa, daftar hadir, nilai rapor,tes kemampuan awal, informasi dari guru
·       Daftar pembagian kelompok
·       Formasi tempat duduk
·       Buku siswa dan LKS
·       Petunjuk pengorganisaian siswa
·       tersedia daftar hadir, nilai rapor,tes kemampuan awal, informasi dari guru
·       tersedia daftar pembagian kelompok untuk setiap pertemuan.
·       Tersedia formasi tempat duduk
·       Tersedia buku siswa dan LKS
·       Tersedia petunjuk pengorganisasian siswa
·       Criteria penentuan prosentase waktu ideal aktifitas siswa tercapai


3.        uraikan pemakaian waktu
·       rincian waktu dalam pelaksanaan pembelajaran
·       tersedia rencana pembelajaran dengan rincian waktu yang jelas


4.     lakukan evaluasi hasil belajar secara kamprehensif dan rumuskan criteria penilaian
·       assesmen autentik ( portofolio dan tes kemampuan memecahkan masalah)
·       pedoman penskoran dan rubric assessment
·       criteria ketuntasan pembelajaran
·       tersedia instrument assesmen portofolio dan tes kemampuan memecahkan masalah
·       tersedia pedoman penskoran dan rubric assessment
·       tersedia criteria ketuntasan pembelajaran


5.     tentukkan respon siswa dan guru yang diharapkan dalam pembelajaran
·       indicator dan instrument respon siswa dan guru terhadap pembelajaran
·       tersedia indicator dan instrument respon siswa dan guru terhadap pembelajaran
Berdasarkan uraian tugas - tugas perencanaan penerapan model CTL pada table diatas, maka guru harus memastikan ketersediaan seluruh daya dukung yang ditetapkan  agar pembelajaran berjalan secara praktis dan efektif.

Penerapan sintaks  model CTL
            Setiap tahapan pada sintaks disusun / dirancang secara operasional didalam rencana pembelajaran untuk setiap pertemuannya. Didalam rencana pembelajaran terumuskan kompetensi dasar, materi prasyarat dan materi yang hendak dipelajari. Secara garis besar scenario kegiatan guru dan siswa untuk setiap tahapan pembelajaran dengan rincian waktu yang tersedia tertuang didalam rencana pembelajaran. Demikian juga strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang digunakan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. 
Adapun prinsip dan strategi pembelajaran kontekstual adalah keterkaitan atau relevansi, pengalaman langsung, aplikasi, kerja sama, dan alih pengetahuan.

Keterkaitan atau Relevansi
Proses pembelajaran hendaknya mengandung keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa. Faktor internal mencakup bekal pengetahuan keterampilan, bakat, dan minat. Faktor eksternal meliputi ekspose media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar. Konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata adalah manfaat untuk bekal bekerja seperti “pengubinan” pada Matematika sangat berguna jika seorang siswa ingin menjadi pengusaha ubin atau menjadi interior designer.
Pengalaman Langsung
Dalam proses pembelajaran, siswa perlu memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, discovery, inventory, investigasi, dan penelitan. “Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual.” Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian lain secara aktif. Untuk mendorong daya tarik dan motivasi, sangatlah bermanfaat penggunaan strategi pembelajaran dan media seperti audio, video, membaca dan menelaah buku teks.
Aplikasi
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi. Kemampuan siswa menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur. Semua itu merupakan pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan”. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, laboratorium, dan jika memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan karyawisata, praktek kerja lapangan, dan magang (internship).                                                                                                                  
Kerja Sama
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa dan guru, antara siswa dan narasumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Kerja laboratorium sebagai strategi utama CTL pada dasarnya juga merupakan bentuk kerja sama. Umumnya, siswa bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil terdiri 3-4 orang untuk menyelesaikan tugas laboratorium seperti mengamati, menulis, dan menyusun laporan.
Alih Pengetahuan
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentrasfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki bukan sekadar untuk dihafal, tetapi untuk digunakan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menemukan (finding)”.

Pengintegrasian Prinsip CTL ke Dalam Bahan Ajar
Bahan ajar dalam bentuk media cetak pada hakikatnya merupakan penuangan strategi penyampaian pesan pembelajaraan yang lazimnya disajikan secara tatap muka atau secara verbal di depan kelas. Karena itu, dalam mengembangkan bahan ajar, masalah komponen dan urutan strategi pembelajaran serta prinsip-prinsip desain pesan perlu mendapat perhatian. Komponen pokok strategi pembelajaran (instructional strategy) meliputi hal-hal berikut.
  1. Kegiatan Pendahuluan  
Kegiatan pendahuluan pembelajaran meliputi pemberitahuan tujuan, ruang lingkup materi (jika perlu dibuatkan bagan atau peta konsep yang menggambarkan struktur atau jalinan antarmateri), manfaat topik baik untuk keperluan belajar sekarang maupun yang akan datang, manfaat atau relevansinya untuk bekerja di kemudian hari, dan sebagainya.
Untuk mengetahui kesiapan siswa, dalam kegiatan pendahuluan dapat juga diadakan prerequisite test atau pretest. Siswa yang sudah menguasai materi yang akan diajarkan diperbolehkan mempelajari topik berikutnya, sedangkan siswa yang bekal pengetahuannya kurang diberi pembekalan atau matrikulasi. Dalam penulisan bahan ajar, pada tahap pendahuluan bisa juga diberikan “self test” atau “check your self”.
  1. Penyampaian Materi Pembelajaran
Dalam rangka penerapan CTL, hendaknya dikurangi penyajian yang bersifat ekspository (ceramah, dikte). Gunakan sebanyak mungkin teknik penyajian atau presentasi inquisitory, discovery, tanya jawab, inventory, induktif, penelitian mandiri, dan sebagainya. Upayakan agar siswa mengalami langsung, menemukan, menyimpulkan, dan menyusun sendiri konsep yang dipelajari. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok.
  1. Memancing Penampilan Siswa
Memancing penampilan dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk kegiatannya berupa latihan atau praktikum. Siswa diharapkan dapat berlatih menerapkan konsep dan prinsip yang dipelajari dalam konteks dan situasi yang berbeda, bukan sekadar menghafal. Misalnya, setelah mempelajari teknik menulis surat perjanjian jual beli, mereka ditugasi berlatih membuat surat perjanjian jual beli kendaraan bermotor atau tanah, sementara pada tahap penyajian materi yang dipelajari adalah jual beli binatang ternak, misalnya.
  1. Pemberian Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa tentang kemajuan belajar. Sebagai contoh, setelah mengerjakan soal-soal latihan, siswa diberi kunci jawaban. Dengan mengetahui kunci jawaban, mereka akan mengetahui apakah jawabannya benar atau salah. Jika salah, diberi tahu kesalahannya dan kemudian dibetulkan. Jika jawaban betul, diberi konfirmasi agar mereka mantap bahwa jawabannya benar. Agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar, ada baiknya umpan balik diberikan secara tidak langsung (delay feedback). Misalnya, “Jawaban yang benar dapat Anda baca pada halaman 34”.
  1. Kegiatan Tindak Lanjut

Kegiatan tindak lanjut berupa mentransfer pengetahuan (transferring) serta pemberian pengayaan dan remedial (remedial and enrichment). Jika siswa mampu mentransfer pengetahuan yang telah dipelajari, maka tingkat pencapaian belajar siswa akan sampai pada derajat yang tinggi (penemuan dan pencapaian strategi kognitif). Pengayaan diberikan kepada siswa yang telah mencapai prestasi sama atau melebihi target. Remedial diberikan kepada siswa yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam mencapai target pembelajaran yang telah ditentukan.

Penerapan pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan baik dalam kegiatan pembelajaran secara tatap muka maupun pembelajaran yang dimediakan.
Masalah-masalah pembelajaran yang melatar belakangi dikenal kannya konsep pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning = CTL) adalah bahwa sebagian besar siswa “tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara memanfaatkan pengetahuan tersebut di kemudian hari”. Pembelajaran kontekstual memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa mampu memproses informasi atau pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut bermakna.
Teori pembelajaran kontekstual menekankan pada multi aspek lingkungan belajar, seperti ruang kelas, laboratorium komputer, dan lapangan kerja. Pembelajaran kontekstual mendorong pendidik untuk memilih atau mendesain lingkungan pembelajaran. Caranya dengan memadukan sebanyak mungkin pengalaman belajar, seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan psikologis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran Pola dan barisan bilangan
Dalam bagian ini akan disajikan pembelajaran sub pokok bahasan pola bilangan genap dan ganjil dengan menerapkan model CTL. Pembelajaran mengikuti langkah – langkah pembelajaran CTL pada bab sebelumnya. yaitu
  1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mereka sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).
  5. Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Adapun dalam penerapanya dengan mengunakan model pengajaran berdasarkan masalah.
Pada tahap pendahuluan.
Fase pertama : orientasikan siswa pada masalah.
Pertama kita memotivasi siswa dengan cara Tanya jawab berkaitan dengan masalah pola barisan bilangan yang ada dalam kehidupan sehari – hari misalnya siswa mengamati deretan angka yang ada pada almanak.
Lalu kita menyampaikan tujuan pembelajaran dan logistic yang diperlukan dalam mempelajari pola bilangan, hal ini dimaksudkan agar siswa terpandu pada pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan komponen pada CTL yaitu inquiri dan kontruktivis guru menyampaikan kasus hubungan banyak lipatan kertas dengan jumlah potongan kertas yang yang terjadi. Lalu siswa disuruh memahami masalah yang ada pada buku siswa.

Tahap inti.
Fase kedua : mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Membentuk masyarakat belajar dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 3 – 4 orang, lalu memahami masalah yang ada pada buku siswa dan membahasnya, setelah itu guru membagikan LKS dan memfasilitasi siswa dalam menyiapkan logistic dalam pokok bahasan tersebut misalnya menyiapkan kertas, gunting, dan cara melakukannya. Jika siswa belum faham cara atau langkah untuk digunakan siswa dalam memecahkan masalah tersebut guru membantu dengan cara memberikan pemodelan.
Fase ketiga : membimbing penyelidikan kelompok
Guru mendorong siswa melakukan penyelidikan dalam kelompoknya untuk menemukan konsep (inkuiri) dan mengajukan pertanyaan bimbingan kepada siswa yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan pemecahan masalah atau mengali apa yang difikirkan siswa (komponen CTL : bertanya).
Fase ke empat : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Dengan pemodelan guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan bahan presentasi didepan kelas dan meminta kelompok untuk mempresentasikan hasilnya.




Tahap penutup
Fase kelima : mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri dengan cara siswa menuliskan refleksi yang berkaitan dengan kapan pertama kali kamu mendapatkan pemahaman yang jelas tentang situasi masalah yang diberikan, kapan mereka yakin dengan pemecahan masalah yang dibuat dst. Lalu guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman atau penegasan konsep yang sudah didapatkan dari materi yang telah dipelajari ( komponen CTL : Refleksi). Lalu siswa diberi tugas untuk dikerjakan dirumah.
Penilaian : Perangkat penilaian yang dapat digunakan antara lain , tes, rubrik, portofolio, dll.  ( komponen CTL : Otentik assessment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar