Senin, 20 Juni 2011

Filsafat Umum

A.   PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja  Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam  atau cinta dengan kebijaksanaan.
Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat. Guna lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para akhli :

1.      Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat  sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2.      Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3.      Cicero (106 – 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
4.     Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
5.      Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu : 
a.     Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).
b.     Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
c.     Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita)
d.     Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).
6.       H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini.
7.      Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu :
a.     Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta).
b.     Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional)
c.     Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah)
d.     Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian sistem berfikir)

Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa ada akhli yang menekankan pada subtansi dari apa yang difikirkan dalam berfilsafat seperti pendapat Plato dan pendapat Al Farabi, Aristoteles lebih menekankan pada cakupan apa yang difikirkan dalam filsafat demikian juga Kant setelah menyebutkan sifat filsafatnya itu sendiri sebagai ilmu pokok, sementara itu Cicero disamping menekankan pada substansi juga pada upaya-upaya pencapaiannya. Demikian juga H.C. Webb melihat filsafat sebagai upaya penyelidikan tentang substansi yang baik sebagai suatu keharusan dalam hidup di dunia. Definisi yang nampaknya lebih menyeluruh adalah yang dikemukakan oleh Titus, yang menekankan pada dimensi-dimensi filsafat dari mulai sikap, metode berfikir, substansi masalah, serta sistem berfikir.
Meskipun demikian, bila diperhatikan secara seksama, nampak pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyeledikan tentang Apanya, Bagaimananya, dan untuk apanya, dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya)
B.    CIRI-CIRI FILSAFAT
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Menurut  Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir yang disebut berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan  b) Berfikir menurut aturan yang pasti. Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf, dan berfikir yang demikianlah yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir sampai ke akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.
            Sementara itu Sudarto (1996) menyatakan bahwa  ciri-ciri berfikir Filsafat adalah :
a.     Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat) dalam proses berfikir
b.     Sistematis : berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.
c.     Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan dan tersusun secara logis
d.     Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan kaidah logika)
e.     Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).
f.        Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan esensi yang sedalam-dalamnya
g.     Universal : muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan manusia secara keseluruhan
Dengan demikian berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam. Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini tidak serta merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.
C.  OBJEK FILSAFAT
Pada dasarnya filsafat atau berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta dapat difikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selalu dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia, Langeveld (1955) menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan serwa sekalian secara radikal dan menurut sistem, sementara itu Mulder (1966) menjelaskan bahwa tiap-tiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri dan tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan  yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh diberi nama persoalan-persoalan pokok yaitu : 1) Adakah Allah dan   siapakan  Allah   itu ?, 2) apa  dan    siapakah   manusia ?, dan 3) Apakah hakekat dari segala realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya ?. Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat)  ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan)
 Pendapat-pendapat tersebut di atas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandang nya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para akhli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang  secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya  dapat dibagi  atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
D.   SISTIMATIKA FILSAFAT
adapun Bidang-bidang kajian/sistimatika filsafat antara lain adalah :
1.         Ontologi. Bidang filsafat yang meneliti hakikat wujud/ada (on = being/ada; logos = pemikiran/ ilmu/teori).
2.         Epistemologi. Filsafat yang menyelidiki tentang sumber, syarat serta proses terjadinya pengetahuan (episteme = pengetahuan/knowledge; logos = ilmu/teori/pemikiran) 
3.         Axiologi. Bidang filsafat yang menelaah tentang hakikat nilai-nilai (axios = value; logos = teori/ilmu/pemikiran)
Sementara itu menurut Gahral Adian, Pendekatan filsafat melalui   sistimatika  dapat   dilakukan   dengan   mengacu   pada tiga
pernyataan yang dikemukakan oleh Immanuel Kant yaitu :
1.        Apa yang dapat saya ketahui ?
2.        Apa  yang dapat saya harapkan ?
3.        Apa yang dapat saya lakukan ?
ketiga pertanyaan tersebut  menghasilkan tiga wilayah  besar filsafat yaitu wilayah pengetahuan, wilayah ada, dan wilayah nilai. Ketiga wilayah besar tersebut kemudian dibagi lagi kedalam wilayah-wilayah bagian yang lebih spesifik. Wilayah nilai mencakup nilai etika (kebaikan) dan nilai estetika (keindahan), wilayah Ada dikelompokan ke dalam Ontologi dan Metafisika, dan wilayah pengetahuan dibagi ke dalam empat wilayah yaitu filsafat Ilmu, Epistemologi,  Metodologi,   dan   Logika.


A.   CABANG-CABANG FILSAFAT
Dengan memahami Bidang-bidang kajian/sistimatika filsafat, nampak bahwa betapa luas cakupan filsafat mengingat segala sesuatu yang ada dapat dijadikan substansi bagi pemikiran filsafat, namun demikian dalam perkembangannya para akhli mencoba mengelompokan cabang-cabang Filsafat kedalam beberapa pengelompokan sehingga nampak lebih fokus dan sistematis. Pencabangan ini pada dasarnya merupakan perkembangan selanjutnya dari pembidangan/sistematika filsafat, seiring makin berkembangnya pemikiran manusia dalam melihat substansi objek material filsafat dengan titik tekan penelaahan yang bervariasi. Berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa pakar tentang cabang-cabang filsafat.




1.       Plato (427 – 347 S.M). membedakan lapangan atau bidang-bidang Filsafat  kedalam : 1) Dialektika (yang mengandung persoalan idea-idea atau pengertian-pengertian umum), 2) Fisika (yang mengandung persoalan dunia materi), 3) Etika (yang mengandung persoalan baik dan buruk).
2.       Aristoteles (382 – 322 S.M).berpendapat bahwa Filsafat dapat dibagi ke dalam empat cabang yaitu :
a.      Logika. Merupakan ilmu pendahuluan bagi Filsafat
b.      Filsafat Teoritis. Yang mencakup tiga bidang: 1) Fisika, 2) Matematika, 3) Metafisika.
c.      Filsafat Praktis. Mencakup tiga bidang yaitu 1) Etika, 2) Ekonomi, 3) Politik.
d.      Poetika (kesenian)
3.      Al Kindi. Membagi Filsafat ke dalam tiga bidang yaitu :
a.      Ilmu Thabiiyat (Fisika)--merupakan tingkatan terendah
b.      Ilmu Riyadhi (matematika)—merupakan tingkatan menengah
c.      Ilmu Rububiyat (Ketuhanan)—merupakan tingkatan tertinggi
4.      Al Farabi. Membagi Filsafat ke dalam dua bagian yaitu :
a.  Filsafat Teori.  Meliputi matematika, Fisika, dan Metafisika.
b.  Filsafat Praktis. Meliputi etika dan politik
5.      H. De Vos. Menggolongkan Filsafat ke dalam :
a.      Metafisika (pemikiran di luar kebendaan)
b.      Logika (cara berfikir benar)
c.      Ajaran tentang Ilmu Pengetahuan
d.      Filsafat Alam
e.      Filsafat Kebudayaan
f.        Filsafat sejarah
g.      Etika (masalah baik dan buruk)
h.      Estetika (masalah keindahan, seni)
i.         Antropologi (masalah yang berkaitan dengan manusia)
      
6.      Hasbullah Bakry (1978). Menyatakan bahwa di zaman modern ini pembagian/cabang filsafat terdiri
a.      Filsafat Teoritis yang terdiri dari: logika, Metafisika, filsafat alam, filsafat manusia.
b.      Filsafat praktis. Terdiri dari : etika, filsafat Agama, filsafat kebudayaan
                                  
7.      Prof.H.Ismaun (2000). Membagi cabang-cabang Filsafat sebagai berikut :
a.      Epistemologi (filsafat pengetahuan)
b.      Etika (filsafat moral.
c.      Estetika (filsafat seni)
d.      Metafisika
e.      Politik (filsafat pemerintahan/negara)
f.        Filsafat Agama
g.      Filsafat pendidikan
h.      Filsafat ilmu
i.         Filsafat hukum
j.         Filsafat sejarah
k.       Filsafat matematika
8.      Richard A. Hopkin. Membahas Filsafat ke dalam tujuh cabang penelaahan yaitu :
a.      Etics (etika)
b.      Political Philosophy (filsafat politik)
c.      Metaphisics (metafisika)
d.      Philosophy of Religion (filsafat Agama)
e.      Theory of Knowledge (teori pengetahuan)
f.        Logics (logika)
9.      Alburey Castell. Membagi filsafat ke dalam :
d.      Ketuhanan (theological problem)
e.      Metafisika (methaphysical problem)
f.        Epistemologi (epistemological problem)
g.      Etika (ethical problem)
h.      Politik (political problem)
i.         Sejarah (historical problem)
10.  Endang Saifuddin Anshori. Membagi cabang-cabang filsafat sebagai berikut :
a.      Metafisika. Filsafat tentang hakekat yang ada dibalik fisika, tentang hakekat yang bersifat transenden, di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.
b.      Logika. Filsafat tentang pikiran yang benar dan  yang salah.
c.      Etika. Filsafat tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk.
d.      Estetika. Filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek
e.      Epistemologi. Filsafat tentang ilmu pengetahuan
f.        Filsafat-filsafat khusus lainnya seperti: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan dan lain sebagainya


Pencabangan filsafat sebagaimana tersebut di atas amat penting dipahami guna melihat perkembangan keluasan dari substansi yang dikaji dan ditelaah dalam filsafat, dan secara teoritis hal itu masih mungkin berkembang sejalan dengan kemendalaman pengkajian terhadap objek materi filsafat.