PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran
Matematika
Istilah
“pembelajaran” adalah istila“instruction”. Istilah “instruction” merujuk pada
proses pengajaran yang berpusat pada tujuan yang dalam banyak hal dapat direncanakan
sebelumnya.
Secara umum Gagne
dan Briggs (dalam Sehatta, 2006: 18) melukiskan pembelajaran sebagai upaya
orang bertujuan untuk membantu orang belajar. Secara lebih rinci Gagne yang
dikutip Gredler (dalam Sehatta, 2006: 18)
mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara pristiwa eksternal
yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa prosedur belajar yang
bersifat internal. Pengertian hampir sama dikemukakan Corey yanng dikutip
Miarso, dkk (dalam Sehatta, 2006: 18) bahwa pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Dari pengertian
pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan
siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu
pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika harus
memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang
matematika.
B.
Pendekatan
pembelajaran Matematika
Pendekatan
(approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan yang bersifat metodelogik dan (2) pendekatan
yang bersifat materi.
Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam
pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh
guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi
pembelajaran itu, umum atau khusus. Suherman (1993:221) menyatakan pula bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan
dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu Soedjadi (1991:102), membedakan pendekatan pembelajaran
matematika menjadi dua, sebagai berikut.
1)
Pendekatan materi (material
approach), yaitu proses penjelasan topik matematika tertentu menggunakan materi
matematika lain.
2)
Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau
penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya
Steen (2001:305) menyatakan bahwa proses belajar
mengajar tidak hanya berlandaskan pada teori pembelajaran perilaku, tetapi
menekankan pada pembentukan keterampilan mendapatkan pengetahuan sendiri.
Sejalan dengan itu, Hudoyo (1994:5) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
hendaknya diarahkan untuk membantu anak didik untuk berpikir, karena matematika
memungkinkan penyelesaian masalah dengan benar dan benarnya penyelesaian karena
penalarannya memang sangat jelas.
Menurut Steen (2001:307), belajar matematika pada
hakikatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang
diatur menurut urutan logis. Belajar matematika tidak ada artinya kalau hanya
dihafalkan saja. Belajar matematika baru bermakna bila dimengerti. Steen
(2001:307), juga mengemukakan bahwa hendaknya mahasiswa tidak belajar
matematika hanya dengan menerima dan menghafalkan saja. Mahasiswa harus belajar
matematika secara bermakna, yakni suatu cara belajar yang mengutamakan
pengertian dari pada hafalan.
C.
Pendekatan Open-Ended
Open Ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan
memberikan masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka, melalui soal yang
mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Untuk menghadapi masalah open
ended siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode atau pendekatan
yang bervariasi dalam memperoleh jawaban yang benar. Pada sisi lain, siswa
tidak hanya diharapkan dapat menemukan jawaban, tetapi diminta untuk
menjelaskan bagaimana menerapkan langkah- langkah untuk mencapai jawaban.
Pembelajaran
dengan pendekatan open-ended biasanya
dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran
harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin
juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut Shimada
(1997) dalam pembelajaran matematika, rangkaian dari pengetahuan, keterampilan,
konsep, prinsip atau aturan diberikan kepada siswa biasanya melalui langkah
demi langkah. Tentu saja rangkaian ini diajarkan tidak sebagai hal yang saling
terpisah atau saling lepas namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi
dengan kemampuan dan sikap dari setiap siswa, sehingga di dalam pikirannya akan
terjadi pengorganisasian intelektual yang optimal.
Tujuan dari pelajaran open-ended menurut Nohda (2000) ialah
untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa
melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan
pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digaris bawahi adalah perlu memberi
kesempatan siswa untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan idea-idea matematika ini pada
gilirannya memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Dari perspektif
diatas, pendekatan open-ended menjanjikan
suatu kesempatan kepada siswa untuk mengivestigasi berbagai strategi dan cara
yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya
tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang
secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dan setiap
siswa terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Inilah yang menjadi
pokok pikiran pembelajaran dengan open-ended,
yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa
sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi. Perlu digaris bawahi bahwa kegiatan matematik dan kegiatan siswa
disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut :
(1)
Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud
kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi
kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak
mereka. Disamping itu karena siswa bekerja secara independen, bisa terjadi
siswa melakukan kesalahan. Misalnya, dalam mengkonstruksi pertanyaan siswa
memformulasi pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid. Kalau demikian, perlu
ditunjukkan kepada mereka bagaimana membuat koreksi untuk mengakomodasi
pertanyaan yang sesungguhnya melalui pengecekan nilai atau penambahan kondisi
tertentu.
(2)
Kegiatan matematik adalah
ragam berfikir
Kegiatan
matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau
sebaliknya.
(3)
Kegiatan siswa dan kegiatan
matematik merupakan satu kesatuan
Dalam
pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman siswa
bagaimana memecahkan permasalahan dan perluasan serta pendalaman dalam berpikir
matematik sesuai dengan kemampuan individu. Meskipun pada umumnya guru akan
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan
pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui
kegiatan-kegiatan matematik tingkat tinggi yang sistematis atau melalui
kegiatan-kegiatan matematik yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuan
rendah. Pendekatan unilateral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap
kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide matematika.
Nohda merumuskan karakteristik
yang mendasari pendekatan Open Ended adalah sifat terbuka atau keterbukaan.
Menurutnya, dalam pendekatan pembelajaran Open Ended terdapat tiga hal yang
mendasarinya (Dahlan, 2004) :
(1)
Process is open (Prosesnya terbuka)
Maksud dari proses yang terbuka adalah masalah
matematika berupa soal yang diberikan kepada siswa memiliki banyak cara
penyelesaian yang benar.
Contoh: Sebuah tali dibagi menjadi 10 bagian, yang panjangnya
masing- masing membentuk deret aritmatika. Apabila yang paling pendek
panjangnya 5 cm dan yang paling panjang 40 cm. Hitunglah panjang tali sebelum
dipotong.
(2)
End products are open (Hasil akhirnya terbuka)
Hasil akhir yang terbuka berarti masalah
matematika berupa soal memiliki tipe jawaban soal yang banyak.
Contoh : Sebutkan beberapa bilangan yang habis dibagi 5 dari
100 bilangan asli pertama ?
(3)
Ways to develop are open (Cara pengembangan lanjutannya terbuka)
Artinya bahwa ketika siswa telah selesai
menyelesaikan masalah, mereka dapat mengembangkan masalah yang baru dengan
mengubah kondisi masalah yang ada di awal.
Contoh : 3 bilangan membentuk barisan aritmatika.
Perbandingan bilangan pertama dengan jumlah bilangan yang lain adalah 5 : 4
.Jjika tiap bilangan ditambah 1 maka terjadi 3 bilngan baru, dimana : 2log
(bilangan ke-2) + 2log (bilangan ke-3).hitunglah tiga bilangan
tersebut !
Sedangkan untuk jenis
permasalahan atau jenis soal- soal Open Ended, Sawada (Shimada, 1997) mengklasifikasi
masalah atau soal yang disajikan, dalam pembelajaran pendekatan Open Ended ke
dalam tiga jenis, yaitu :
(1)
Menemukan hubungan (finding relation)
Masalah yang diberikan kepada siswa, menuntut
siswa untuk mencari sendiri aturan- aturan atau hubungan- hubungan dalam
matematika, yang mengacu pada permasalahan yang diberikan.
(2)
Mengklasifikasi (classifying)
Siswa
diminta untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi beberapa karakteristik suatu
objek tertentu dengan tepat, hal ini akan membimbing siswa untuk merumuskan
atau menemukan beberapa konsep matematika dengan sendirinya.
(3)
Pengukuran (measuring)
Siswa diminta untuk menentukan pengukuran numeric
dari suatu peristiwa tertentu. Permasalahan seperti ini, melibatkan beberapa
aspek berpikir matematik siswa.
Dengan demikian, guru
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang masalah yang akan dibuat soal- soal
Open Ended. Brown dan Walter (Hamzah dalam Satriawati, 2006 : 17) menyatakan
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan masalah
kepada siswa, yaitu accepting, berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami
situasi yang diberikan oleh guru dan challenge, berkaitan dengan sejauhmana
siswa tertantang untuk menyelesaikan situasi yang diberikan. Sullivan (Syukur,
2004 : 34- 35) menyatakan terdapat dua metode dalam penyusunan pertanyaan Open
Ended yaitu :
(1)
Metode bekerja secara terbalik (working backwards)
Metode ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu
:
§
Mengidentifikasi
topik
§
Memikirkan
dan menuliskan jawaban terlebih dahulu
§
Membuat
pertanyaan Open Ended berdasarkan jawaban.
(2)
Metode mengubah pertanyaan standar (adapting a standard question)
Metode ini mempunyai tiga langkah yaitu :
§
Mengidentifikasi
topik
§
Memikirkan
pertanyaan standar
§
Membuat
pertanyaan Open- Ended berdasarkan pertanyaan standar tersebut.
Melalui pendekatan Open Ended
siswa didorong aktif terlibat dalam menyelidiki dan menganalisis berbagai
strategi yang dianggap benar untuk memperoleh jawaban. Hal ini mencerminkan
beragamnya kemampuan siswa dalam menentukan prosedur berupa strategi atau
metode dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian, guru tidak perlu mengarahkan agar
siswa memecahkan permasalahan dengan cara atau pola yang sudah ditentukan,
sebab akan menghambat kebebasan berpikir siswa untuk menemukan cara baru
menyelesaikan permasalahan.
Pada dasarnya, pendekatan Open-Ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan
berfikir matematik secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan
adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan sesuai
dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan membentuk
intelegensi matematika siswa.
D. Orientasi
pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran
Matematika
Banyak kegiatan berpikir yang sulit terlepas dari
matematika, seperti memahami suatu konsep matematika, memecahkan permasalahan
matematik, mengkonstruksi suatu teori, atau menyelesaikan permasalahan dengan
menerapkan matematika. Kegiatan berpikir seperti :
Ide /
Pertanyaan / Masalah
|
Skema open-ended
problem
|
Masalah
Matematika
|
metode
|
solusi
|
metode
|
solusi
|
metode
|
solusi
|
Langkah-langkah kegiatan
Guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-ended.Secara
umum adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
1)
Guru mempersiapkan sarana dan prasarana antara lain
bahan ajar dan LAS serta mengkondisikan kelas agar suasana pembelajaran
matematika dapat berlangsung secara kondusif.
2)
Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi
kepada siswa antara lain dengan cara mengingatkan materi
sebelumnya,menyampaikan tujuan
pemblajaran dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
1)
Guru memberikan permasalahan / soal open-ended
2)
Siswa diminta membaca dan menanyakan tentang materi ajar yang kurang dipahami yang
terdapat pada buku ajar
3)
Guru melakukan negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi dan evaluasi
4)
Siswa secara bilateral ataupun kelompok membahas masalah/
soal open-ended yang terdapat pada LAS
5)
Guru melakukan kesempatan dan membimbing siswa unttuk melakukan dalam
menyelesaikan masalah/ soal open-ended
dengan berbagai strategi
6)
Guru memimpin diskusi hasil perlakuan tentang strategi
siswa menyelesaikan masalah open-ended yng diberikan.
Penutup
1)
Guru membimbing siswa merumuskan hasil diskusi
sekaligus merangkum materi yang sudah dibahas
2)
Memberikan tugas kegiatan guru dlam pembelajaran
dengan pendekatan open-onded diatas
secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut :
Apresiasi dan
menyajikan masalah Open- Ended
|
Memberikan kesempatan
siswa untuk memahami masalah
|
Membimbing siswa dalam
melakukan kegiatan berpikir matematika dengan berbagai strategi
penyelesaian masalah
|
Membentuk dan memimpin
Diskusi kelas
|
Membimbing, merumuskan
hasil Diskusi
|
Menanggapi dan
memahami masalah Open- Ended
|
Melakukan kegiatan
berpikir matematika dengan berbagai strategi penyelesaian “masalah”
|
Mendiskusikan hasil
perolehan yang didapat dengan berbagai strategi/ cara
|
Merumuskan dan
menyimpulkan hasil diskusi.
|
E. Mengkonstruksi Problem.
Sebenarnya
tidak mudah mengembangkan problem open-ended
yang tepat dan baik untuk siswa dengan beragam kemampuan. Melalui penelitian
yang panjang di jepang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam
mengkreasi problem tersebut, diantaranya:
·
Sajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji siswa.
·
Soal-soal
pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan
dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
·
Sajikan
bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu
ikonjektur.
·
Sajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
·
Berikan
beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa
mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang
umum.
·
Berikan
beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari
pekerjaannya.
F. Mengembangkan Rencana Pembelajaran
Setelah
guru mengkostruksi problem dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran sebelum problem itu ditampilkan di kelas adalah.
·
Apakah
problem itu kaya dengan konsep-konsep matematika dan berharga?
Problem harus mendorong siswa untuk
berfikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan
konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun
rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
·
Apakah
level matematika dari problem itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan problem open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar
jangkauan siswa, maka problem itu harus diubah/diganti dengan problem yang bgerada
dalam wilayah pemikiran siswa.
·
Apakah
problem itu mengundang konsep matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berfikir tingkat
tinggi.
Apabila kita telah memformulasikan
problem mengikuti kriteria yang telah dikemukakan, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Pada tahap ini hal-hal yang harus
diperhatikan adalah diperhatikan adalah sebagai berikut.
Tuliskan respon siswa yang
diharapkan
Siswa
diharapkan merespon problem open-ended
dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menuliskan daftar antisipasi
respon siswa terhadap problem. Karena kemampuan siswa dalam mengekspresikan
idea atau pikirannya terbatas, mungkin mereka tidak akan mampu menjelaskan
aktivitas mereka dalam memecahkan problem itu. Namun mungkin juga mereka mampu
menjelaskan idea-idea matematika dengan cara berbeda. Dengan demikian
antisip[asi guru membuat banyak kemungkinan respon yang dikemukakan siswa
menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan sesuai
dengan cara dan kemampuan siswa.
Tujuan dari problem itu
diberikan harus jelas
Guru
harus memahamiperanan problem itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran problem
dapat diperlakukan sebagai topik yang independen, seperti dalam pengenalan
konsep baru, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Dari
pengalaman, probl;em open-ended
efektif untuk pengenalan konsep baru atau dalam rangkuman dari kegiatan belajar.
Sajikan problem semenarik
mungkin
Konteks
permasalahan yang diberikan harus dikenal baik oleh siswa dan harus
membangkitkan semangat intelektual. Karena problem open-ended memerlakukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan,
maka problem itu harus mampu menarik perhatian siswa.
Lengkapi prinsip ‘posing
problem’ sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem
Problem
harus diekspresikan sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah
dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika
eksplanasi problem terlalu ringkas. Hal ini dapat timbul karena guru bermaksud
memberikan kebebasan yang cukup bagi siswa untuk memilih cara dan pendekatan
pemecahan masalah atau bisa diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan
tidak memiliki pengalaman dalam belajar karenha terbiasa mengikuti
petunjuk-petunjuk dari buku teks. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi
siswa seperti ini, guru harus memberikan perhatian khusus menyajikan atau
menampilkan problem.
Berikan waktu yang cukup
kepada siswa untuk mengeksplorasi problem
Kadang-kadang
waktu yang dialokasikan tidak cukup dalamj menyajikan problem, memecahkannya,
mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa
pelajari. Oleh karena itu, guru harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa
untuk mengeksplorasikan problem. Berdiskusi secara aktif di antara siswa dan
antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam
pembelajaran open-ended. Guru dapat
membagi dua periode waktu untuk satu problem open-ended. Periode pertama, siswa bekerja secara individual atau
kelompok dalam memecahkan problem dan membuat rangkuman dari proses penemuan
yang mereka lakukan. Kemudian periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas
mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari guru. Dari pengalaman
pembelajaran sperti ini terbukti efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar