PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah
Menurut Arends ( dalam Trianto, 2009: 92) pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat yang
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Ibrahim dan Nur (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan meraka dalam pengalaman nyata atau
simulasi, dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri
Moffit ( Depdiknas, 2002:12) mengemukakan bahwa
pembelajaaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk tentang berpikir kritis dan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang menyajikan masalah dunia nyata sebagai konteks
bagi siswa untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi, pemecahan masalah untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
1.
Teori Belajar yang melandasi Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah
a.
Teori
Belajar Bermakna dari David Ausubel
Ausubel (Rusman, 2010) membedakan antara belajar bermakna
(meaningfull learning) dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar
bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar
menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.
Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa.
b.
Teori
Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan
dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang dimunculkan.Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu
berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur ( 2000: 19)
Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya
ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam
hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.
c.
Teori
Belajar Jerome S. Bruner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali,
bukan menemukan yang sama sekali yang benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya
memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna.( Dahar dalam Rusman, 2010).
Bruner juga menggunakan konsep Scaffolding
dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas.Scaffoldingadalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan
masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru,
teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
2.
Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends ( DalamTrianto,
2009) berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.
Pengajuan
pertanyaan atau masalah. Pertanyaan atau masalah yang diajukan harus sesuai
dengan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b.
Berfokus
pada keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain.
c.
Penyelidikan
autentik. Masalah yang diberikan mengharuskan siswa melakukan penyelidikan yang
didalamnya terjadi kegiatan menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, melakukan eksperimen ( jika diperlukan ), membuat inferensi, dan membuat
kesimpulan.
d.
Menghasilkan
dan memamerkan hasil karyanya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakilli bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan
selanjutnya dirancang untuk didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain.
e.
Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah harus dilakukan dengan cara saling bekerjasama
satu dengan yang lainnya baik itu secara berpasangan atau dalam kelompok kecil
sehingga dapat memotivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang
untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan keterampilan berpikir.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah digunakan
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan :
1.
Penguasaan
isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner
2.
Penguasaan
keterampilan proses dan disiplin heuristic
3.
Belajar
keterampilan pemecahan masalah
4.
Belajar
keterampilan kolaboratif
5.
Belajar
keterampilan kehidupan yang lebih luas.
Ketika
tujuan PBM lebih luas, maka permasalahan pun menjadi lebih kompleks dan proses
PBM membutuhkan siklus yang lebih panjang.
Jenis
PBM yang akan dimasukkan dalam kurikulum tergantung pada profil dan kematangan
siswa, pengalaman masa lalu siswa, fleksibilitas kurikulum yang ada, tuntutan
evaluasi, waktu, dan sumber yang ada.
Adapun alur proses
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada flowchart berikut ini :
Menentukan
Masalah
|
Analisis Masalah dan isu Belajar
|
Pertemuan dan Laporan
|
Penyajian Solusi dan Refleksi
|
Kesimpulan, integrasi, dan Evaluasi
|
Belajar
PengarahanDiri
|
Belajar
PengarahanDiri
|
Belajar
PengarahanDiri
|
Belajar
PengarahanDiri
|
B.
Tujuan dan Manfaat Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah
1.
Tujuan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
Berdasarkan ciri-ciri yang telah
dipaparkan sebelumnya, pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan :
a.
Membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Pembelajaran
berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya
sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir
terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain pembelajaran berbasis
masalah melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan untuk mencapai semua itu hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah ( problem solving) oleh peserta didik sendiri.
b.
Belajar
peranan orang dewasa yang autentik.
Menurut Resnick
(dalam Ibrahim dan Nur dalam Trianto, 2009:95) bahwa model pembelajaran
berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran di
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai diluar
sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut
maka pembelajaran berbasis masalah memiliki implikasi :
1.
Mendorong
kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
2.
Memiliki
elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan
orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang
diamati atau yang diajak diaog.
3.
Melibatkan
siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri
c.
Menjadi
pembelajar yang mandiri.
Dengan
bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh
mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara
mandiri dalam hidupnya kelak.
2.
Manfaat pendekatan pembelajaran berbasis masalah
Dalam
pendekatan pembelajaran berbasis masalah menggunakan metode pemecahan masalah
sehingga siswa diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang ada disekitarnya.
C.
Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Ibrahim dan Nur
(2000) mengemukakan tahapan-tahapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah atau
yang lebih dikenal dengan sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah seperti pada
tabel berikut ini :
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Tahap
1
Orientasi
siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
|
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, malaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
Tahap-4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
|
Guru membantu siswa
dalam merencanakandan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
Tahap-5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
|
D.
Peran Guru dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah
Peran guru dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Guru dalam PBM
terus berpikir tentang beberapa hal :
1.
Bagaimana
dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di duia nyata, sehingga
siswa dapat menguasai hasil belajar?
2.
Bagaimana
bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan
belajar dengan teman sebaya?
3.
Bagaimana
siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang aktif?
Untuk itu guru dalam PBM harus memusatkan perhatiannya
pada :
1.
Menyiapkan
perangkat berpikir siswa.
Menyiapkan siswa dalam PBM meliputi : membantu siswa mengubah cara
berpikir; menjelaskan apakah PBM itu; memberi siswa ikhtisar siklus PBM,
struktur, dan batasan waktu; mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan;
menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang; dan
membantu siswa merasa memiliki masalah.
2.
Menekankan
belajar kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa bekerja dalam tim dan
kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna
meneliti lingkungan, memahami masalah, mengambil dan menganalisis data penting,
dan mengelaborasi solusi.
3.
Memfasilitasi
Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pmbelajaran Berbasis Masalah.
Belajar dalam kecil lebih
mudah dilakukan apabila anggota berkisar 2 sampai 6 dengan satu orang guru
selanjutnya dengan berbagai teknik belajar kooperatif, kelompok-kelompok
tersebut digabungkan dalam langkah-langkah yang beragam dalam siklus PBM untuk
menyatukan ide, berbagai hasil belajr, dan penyajian ide.
4.
Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis Masalah.
E.
Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Trianto ( 2009) Sehubungan dengan peran guru dalam PBM, maka dalam
pelaksanaannya guru harus melakukan beberapa hal yaitu ;
1.
Tugas-tugas
Perencanaan
a.
Penetapan
tujuan
Pembelajaran
Berbasis Masalah dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan
menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pemelajar
yang mandiri.Dalam pelaksanaannya pembelajaran berdasarkan masalah dapat
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b.
Merancang
situasi masalah.
Beberapa guru dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah lebih memberi kesempatan dan keleluasaan kepada
siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki untuk itu masalah harus nyata
dalam kehidupan, adanya relevansi dengan kurikulum, tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas masalah, masalah
memiliki kaitan dengan disiplin ilmu, keterbukaan masalah, sebagai produk akhir,
masalah tidak terstruktur, menantang, memotivasi, memungkinkan kerjasama, dan
bermakna bagi siswa.
c.
Organisasi
sumber daya dan rencana logistik
Guru harus dapat
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan penyelidikan siswa,
karena dalam pelaksanaan PBM dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan
peralatan dan dapat dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau
dilaboratorium.
2.
Tugas
Interaktif
a.
Organisasi
siswa pada masalah
Siswa perlu memahami
bahwa tujuan PBM adalah tidak untuk memperoleh informasi baru, melainkan
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi
pemelajar mandiri.Untuk itu masalah yang disajikan diharapkan menggunakan
kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan
minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b.
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
c.
Membantu
Penyelidikan mandiri dan kelompok.
Guru membantu siswa
dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber dengan cara memberi pertanyaan
yang membuat mereka berpikir tentang
suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan
maslah tersebut. Guru mendorong pertukaran pertukaran ide secara bebas. Serta
mengarahkan siswa untuk memperoleh hasil penciptaan atau peragaan dari
penyelidikan tersebut baik berupa laporan, poster,video, atau model-model fisik
d.
Analisis
dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada
tahap akhir pembelajaran berbasis maslah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
3.
Lingkungan
Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki
seperangkat aturan dan prosedur yang jelas
dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan agar
pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku
siswa yang menyimpang secar cepat dan tepat, juga perlu panduan bagaimana
mengelola kerja kelompok.
4.
Asessment
dan evaluasi
Tugas assessment dan evaluasi yang sesuai untuk model pembelajaran
berbasis masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative
yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya assessment kinerja
dan peragaan hasil meliputi assessment melakukan pengamatan, assessment merumuskan
pertanyaan, assessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya yang jelas
penilaiannya tidak hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil.
F.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah.
Selain bermanfaat
ternyata PBM memilliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Trianto (2009)
kelebihan PBM sebagai suatu model pembelajaran adalah :
1.
Realistik
dengan kehidupan siswa
2.
Konsep
sesuai dengan kebutuhan siswa
3.
Memupuk
sifat inquiri siswa
4.
Retensi
Konsep jadi kuat
5.
Memupuk
kemampuan Problem Solving
Kekurangan dari PBM sendiri adalah
:
1.
Persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang begitu kompleks
2.
Sulitnya
mencari masalah yang relevan
3.
Sering
terjadi miss-konsepsi
4.
Konsumsi
waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar