2.1.PENGERTIAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Cooperative Learning mencakupi suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah Cooperative Learning jika
para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan
masalah secara sendiri-sendiri. Bukanlah Cooperatif Learning jika para siswa
duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang
diantaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Cooperative Learning
menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran
(student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling
membelajarkan, memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan
potensi siswa secara maksimal. Pendekatan pembelajaran kooperatif akan dapat memberikan
nuansa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata
pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran kooperatif dan beberapa hasil
penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan
dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut
tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif
muncul dan terlihat peran dan fungsi dari siswa.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi
dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi:
Pertama,
para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua,
para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah
yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil atau tidaknya kelompok
itub akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu.
Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
2.2.UNSUR-UNSUR
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Unsur
penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2009)
adalah sebagai berikut:
1)
Saling ketergantungan yang
bersifat positif antara siswa (Positive
interdependence). Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.Seorang
siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa
akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai
andil terhadap suksesnya kelompok.
2)
Adanya interaksi tatap muka
langsung (Face to face promotive
interaction). Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan saling bertatap muka, berhadapan
dan berinteraksi secara langsung. Dengan demikian seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
3)
Adanya tanggung jawab individual (Personal responsibility). Dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu
siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4)
Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal (Interpersonal skill). Dalam pembelajaran kooperatif
keterampilan sosial, seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman dan
dalam mengkritik ide orang lain, berani dalam mengemukakan pendapat dan
mempertahankan pendapat, serta berbagai keterampilan sosial sengaja dilatihkan.
5)
Proses kelompok (Group processing) terjadi jika anggota
kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran
kooperatif tersebut, bisa kita simpulkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam
kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab
bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab
individu.
2.3.
PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Selain lima unsur
penting yang terdapat dalam model peembelajaran kooperatif, model pembelajaran
ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran
lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto,
2009) adalah sebagai berikut.
1.
Penghargaan kelompok, yang akan
diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
2.
Tanggung jawab individual,
bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua
anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang
lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan yang lain.
3.
Kesempatn yang sama untuk sukses,
bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar
mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok sangat bernilai.
2.4
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran
kooperatif ini mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan model lainnya.
Arends (dalam Trianto, 2009: 65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1). Siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajar;
(2). Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;
(3). Bila
memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang beragam; dan
(4). Penghargaan lebih berorientasi kepada
kelompok dari pada individu.
Dari uraian tinjauan tentang
pembelajaran kooperatif ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saming ketergantungan dalam
struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran
ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, di mana
keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif
dalam belajar kelompok.
Selain itu, terdapat empat
tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran
kooperatif yaitu:
a.
Forming (pembentukan) yaitu
keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang
sesuai dengan norma.
b.
Functioniong (pengaturan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam
menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c.
Formating (perumusan) yaitu
keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam
terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir
yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang
diberikan.
d.
Fermenting (penyerapan)
yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum
pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
1.5 TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Di awal telah disebutkan, bahwa ide
utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar
kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat
dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi
(Slavin, 1995). Johnson & Johnson (dalam Trianto,2009) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat
memperbaiki hubungan di antara para siswa dan berbagai latar belakang etnis dan
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan
pemecahan masalah.
Zamroni (dalam Trianto, 2009), mengemukakan
bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan
pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu,
belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangaan siswa.
Dengan belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki
prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa yang berbeda latar-belakangnya. Jadi dalam pembelajaran
kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru. Dengan
bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan
sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Struktur tujuan kooperatif terjadi
jika siswa dapat mencapai tujuan merekahanya jika siswa lain dengan siapa
mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini
mencapai tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Para ahli telah menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu
siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif memberikan
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama
dan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain.
1.6 LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah
itu antara lain:
Langkah-langkah Pembelajaran
kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase-1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase-2
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok kooperatif
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
|
Fase-5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase-6
Memberikan
penghargaan
|
Guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya ataupun hasil belajar individu
dan kelompok.
|
Perbedaan kelompok
belajar kooperatif dan kelompok belajar konvensional.
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Konvensional
|
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru
sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan
diri pada kelompok
|
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang
hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
|
Akuntabilitas
individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
‘mendopleng’ keberhasilan ‘pemborong’ .
|
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akedemik, jenis
kelamin, ras, etnis dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
|
Kelompok
belajar biasanya homogen
|
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
|
Pemimpin
kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-masing
|
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi , mempercayai orang lain dan mengelola
konflik secara langsung diajarkan.
|
Keterampilan
sosial sering tidak secara langsung
diajarkan
|
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan
melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja
sama antar anggota kelompok
|
Pemantauan
melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung.
|
Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
|
Guru
sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan
interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
|
Penekanan
sering hanya pada penyelesaian tugas.
|
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
2.7 CARA MEMBERI PENGHARGAAN KELOMPOK PADA
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1.
Menghitung Skor Individu dan Skor Kelompok
Perhitungan skor tes individu
bertujuan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang disumbangkan
sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih
perolehan skor tes individu terdahulu dengan skor tes akhir. Dengan cara ini
setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor
maksimum bagi kelompoknya. Kriteria sumbangan skor kelompok bersumber dari
(Slavin, dalam Isjoni 2010:53) seperti terlihat pada tabel berikut :
2. Memberikan Penghargaan Kelompok
Perhitungan skor kelompok dilakukan
dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya
dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan
berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super. Menurut Isjoni (2010:54) adapun kriteria
yang digunakan untuk menetukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah
sebagai berikut :
a.
Kelompok dengan skor rata-rata 15,
sebagai kelompok baik.
b.
Kelompok dengan skor rata-rata 20,
sebagai kelompok hebat.
c.
Kelompok dengan skor rata-rata 25,
sebagai kelompok super.
2.8 BEBERAPA VARIASI DALAM COOPERATIVE LEARNING
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi ari model tersebut, setidaknya terdapat empat
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi
Kelompok (Teams Games Tournament atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang
meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
Berikut ini mengikhtisarkan dan
membandingkan emapat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif.
Perbandingan Empat
Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
|
STAD
|
JIGSAW
|
Investigasi Kelompok
|
Pendekatan
Struktural
|
Tujuan Kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
|
Informasi
akademik sederhana
|
Tujuan Sosial
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja sama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan
kelompok & keterampilan sosial
|
Struktur Tim
|
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola
kelompok ‘asal’ & dan kelompok ‘ahli’
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen
|
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota
|
Pemilihan Topik
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya siswa
|
Biasanya
guru
|
Tugas Utama
|
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan & saling membantu untuk
menuntaskan materi belajarnya
|
Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’ kemudian membantu
anggota kelompok asal mempelajari materi itu
|
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
|
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes Mingguan
|
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar pengetahuan & publikasi lain
|
Publikasi lain
|
Lembar pengakuan dan publikasi lain
|
Bervariasi
|
2.8.1
Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu
tipe dari pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian
materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti pada tabel berikut.
Fase-fase
pembelajaran kooperatif Tipe STAD
Fase
|
Tingkah laku guru
|
Fase – 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
|
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase – 2
Menyajikan/menyampaikan
informasi
|
Menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase – 3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok – kelompok belajar.
|
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
|
Fase – 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
|
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase – 5
Evaluasi
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
|
Fase – 6
Memberikan
penghargaan
|
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran
yang paling sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran
yangdilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat
dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperati tipe STAD, yaitu
adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan pendekatan ini
dengan konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.
2.8 2. Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot
Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
adalah sebagai berikut.
·
Siswa dibagi atas beberapa
kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
·
Materi pelajaran diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
·
Setiap anggota kelompok
membaca subbab yang ditugaskandan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
·
Anggota dari kelompok lain
yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli
untuk mendiskusikannya.
·
Setiap anggota kelompok
ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
·
Pada pertemuan dan diskusi
kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
2.8 3. Investigasi Kelompok
(Group Investigation)
Investigasi
kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling
sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam
perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas
Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik
topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan
ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan
yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa
keterampilan komunikasi dan pproses kelompok yang baik.
Dalam implikasi
tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan
dan mempresentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Sharan, dkk
(dalam Trianto, 2009) membagi langkah-langkah pelaksanaan investigasi kelompok
meliputi 6 (enam) fase.
a.
Memilih topik
Siswa memilih subtopik
khusus di dalam suatu daerah mamsalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.
Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2-6 anggota tiap kelompok menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
b.
Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru
merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten
dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c.
Implementasi
Siswa menerapkan
rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan
pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas
dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda
baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan menawarkan bantuan bila perlu.
d.
Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan
menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan
bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e.
Presentasi hasil final
Beberapa atau semua
kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada
seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama
lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
Presentasikan dikoordinasi oleh guru.
f.
Evaluasi
Dalam hal
kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan
guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau
kelompok.
2.8.4 Tipe Struktural
Ada 2 macam pembelajaran koooperatif tipe struktural ini yang
terkenal, yaitu:
2.8.4.1
Think-Pair-Share ( TPS )
Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan.
Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja
sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
sebagai berikut:
·
Tahap Pertama: Thinking
(berfikir), dengan mengajukan pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
jawaban secara mandiri be berapa saat.
·
Tahap Kedua: Siswa diminta
secara berpasangan untuk mendiskusikan apa yang dipikirkannya pada tahap
pertama.
·
Tahap Ketiga: Meminta
kepada pasangan untuk berbagi kepada seluruh kelas secara bergiliran.
2.8.4.2
Number Head Together ( NHT )
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk
melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai
berikut :
·
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
·
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
·
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.
·
Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok.
·
Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
·
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
·
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
·
Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual
dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran
(student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling
membelajarkan, memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan
potensi siswa secara maksimal.
Dengan memperhatikan karakteristik
pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada aktivitas belajar secara
berkelompok, pendekatan ini dapat dijadikan salah satu alternatif metode
pembelajaran di kelas. Terutama dalam tipe pendekatan pembelajaran ini terdapat
banyak tipe pada model pembelajaran ini yang dapat disesuaikan dengan kemampuan
dan karakteristik peserta didik serta materi pembelajaran yang akan dibahas.
Dengan melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran di dalam kelas,
diharapkan siswa dapat lebih ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan
kemampuan belajarnya sendiri. Proses pembelajaran pun akan menjadi lebih
menarik dan tidak membosankan sehingga diharapkan hasil belajar juga akan
meningkat.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam
model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah :
1.
Saling ketergantungan yang
bersifat positif anatara siswa.
2.
Interaksi antara siswa yang
semakin meningkat.
3.
Tanggung jawab individual.
4.
Keterampilan interpersonal dan
kelompok.
5.
Proses kelompok
Pada
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dikenal ada 4
tipe, yaitu sebagai berikut:
1.
Tipe STAD ( Student
Team Achievement Division )
2.
Tipe Jigsaw
3.
Tipe Investigasi Kelompok
4.
Tipe Struktural, ada dua macam tipe ini yang
terkenal yaitu :
a.
Think-Pair-Share ( TPS )
b.
Number Head Together ( NHT )
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam
pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif . Langkah – langkah itu
ditunjukkan pada tabel berikut :
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
|
Tingkah
laku guru
|
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase – 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
|
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase – 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
|
Fase – 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Perbedaan Empat
Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
|
STAD
|
JIGSAW
|
Investigasi Kelompok
|
Pendekatan
Struktural
|
Tujuan Kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
|
Informasi
akademik sederhana
|
Tujuan Sosial
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja sama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan
kelompok & keterampilan sosial
|
Struktur Tim
|
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola
kelompok ‘asal’ & dan kelompok ‘ahli’
|
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen
|
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota
|
Pemilihan Topik
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya siswa
|
Biasanya
guru
|
Tugas Utama
|
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan & saling membantu untuk
menuntaskan materi belajarnya
|
Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’ kemudian membantu
anggota kelompok asal mempelajari materi itu
|
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
|
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes Mingguan
|
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar pengetahuan & publikasi lain
|
Publikasi lain
|
Lembar pengakuan dan publikasi lain
|
Bervariasi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar