BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika dan Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti berbahaya untuk otak, terutama anak-anak.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika dan Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti berbahaya untuk otak, terutama anak-anak.
Sebanyak
13 negara telah mendapatkan laporan studi tersebut. Studi yang
dipelopori dan didanai oleh Telecom itu sudah berjalan selama
bertahun-tahun sejak dimulainya tahun 1999. Tujuannya adalah untuk
membuktikan adakah pengaruhnya antara ponsel dan tumor otak.
Dalam laporan Powerwatch and the Radiation Research Trust di Inggris dan EMR Policy Institute
di Amerika itu, para peneliti mengatakan bahwa gelombang radiasi yang
terpancar dari ponsel memang jadi faktor pemicu tumor otak, terutama
anak-anak dan orang dewasa yang rentan terkena penyakit.
“Penelitian tentang pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia
adalah studi terlama dan terbesar yang pernah saya jalani yang
melibatkan 4 miliar partisipan,” ujar Lloyd Morgan, pimpinan studi yang
juga anggota Bioelectromagnetics Society, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 02 September 2009.
Lamanya studi itu dikarenakan tumor tidak tumbuh dalam waktu singkat,
butuh waktu bertahun-tahun hingga seseorang terbukti memiliki tumor.
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa telepon genggam memang faktor
penyebab tumor otak. “Masyarakat dan publik harus tahu hal ini. Bahkan
tidak hanya tumor otak, kanker mata, kelenjar ludah, kanker testis dan
leukimia pun menjadi ancaman selanjutnya dari ponsel,” ujar Morgan.
Para ilmuwan dari berbagai universitas dan institusi kesehatan yang berkumpul dalam seminar “Cellphones and Brain Tumors: 15 Reasons for Concern”
pun akhirnya setuju bahwa ponsel memang terbukti memicu tumor otak dan
sebaiknya seseorang mengurangi intensitas yang berhubungan dengan
ponsel, tidak berlama-lama menelepon dan menjauhkannya ketika sedang
tidur.
Namun
saat ini, di zaman serba teknologi dan cepat ini, ponsel sudah menjadi
barang wajib yang harus dimiliki setiap orang, bahkan anak-anak
sekalipun
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu tumor otak
2. Mengetahui apa penyebabnya
3. Mengetahui cara pngobatannya
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
Meski dilihat dari angka kejadiannya, jumlah penderita kanker otak
masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per
tahun, namun tetap saja penyakit tersebut menjadi ‘momok’ bagi sebagian
besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah
jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan
itu umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumbuhnya sel-sel tubuh yang tidak normal ini memang menakutkan.
Penyebab pasti dari kanker ini belum diketahui secara tepat, tapi
berbagai faktor telah diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker. Faktor risiko pencetus tumor otak ini bisa karena riwayat
keluarga, radiasi, zat kimia, pola makan, obat-obatan tertentu dan
rokok.
Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala yang bermakna, namun sering pula
ditandai dengan gejala-gejala seperti pusing kepala, muntah, gangguan
penglihatan, kesadaran, pendengaran, berjalan dan saraf. Sayangnya,
sejauh ini belum ada pengobatan yang pasti, namun seiring dengan
kemajuan teknologi kedokteran dan farmasi berbagai upaya dilakukan
semaksimal mungkin untuk “mengusir” penyakit tersebut.
Terapi obat-obatan telah digunakan dalam pengobatan beberapa jenis
kanker. Selain itu, kasus-kasus lain mungkin ditangani dengan operasi,
radioterapi, maupun kemoterapi. Tindakan operasi termasuk yang sering
dilakukan, khususnya pada penderita tumor otak.
Riset
terhadap pengobatan kanker pun terus berlangsung. Ikan hiu yang
diketahui telah menjelajah lautan sekitar 400 juta tahun lalu diketahui
morfologinya tidak pernah berubah. Konon, di tubuh ikan ini, sel kanker
tidak bisa tumbuh, karena seluruh tulangnya adalah tulang rawan.
Benarkah demikian?
Dalam catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat makanan
pengobatan, makan sirip ikan hiu dipercaya dapat mencegah penuaan kulit
dan gelatin yang terkandung di dalam sirip ikan hiu dipercaya pula dapat
meningkatkan vitalitas. Yang pasti, katanya sirip ikan hiu ini memang
lezat. Meski hasil penelitian itu dibantah oleh ahli nutrisi dari
Universitas Taiwan, Prof. Chang Hung-min yang mengatakan, sebutir telur
ayam pun lebih bergizi dibandingkan semangkuk sup sirip hiu, namun
peneliti-peneliti lain mengungkapkan hasil yang positip.
Peneliti dari Indonesia
yang juga Kepala Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian Institut
Pertanian Bogor, Drh Dondin Sajuthi Ph D mengakui esktrak tulang rawan
ikan hiu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Hal itu ia
buktikan lewat penelitiannya.
Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sills dari Johns Hopkins University
melaporkan salah satu senyawa yang berasal dari ikan hiu Squalus,
terbukti dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang
menyalurkan makanan ke tumor otak. Dengan menggunakan sel pembuluh darah
sistem saraf pusat sapi, kedua peneliti ini meneteskan squalamine.
Setelah dua hari, pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen.
Selain ikan hiu, tulang rawan sapi juga disebut-sebut mampu menghambat
pertumbuhan pembuluh darah baru. Tentang hasilnya, Dr Greg Harper dari
Council for Scientific and Indutrial Research Organization telah
membuktikannya.
Pengobatan ala barat pun semakin mendapatkan titik cerah dengan mulai
ditemukannya obat-obatan yang diduga dapat membawa manfaat dalam
pengobatan kanker otak. Berbagai penelitian memang masih harus dilakukan
untuk menemukan obat yang mempunyai efektivitas tinggi. Tapi kita boleh
berharap bahwa harapan akan semakin terbuka bagi pengobatan kanker
otak. (cy)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang
terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah
pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
B. Epidemiologi
Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma,
13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60%
terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada
anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu
meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah
glioblastoma multiforme.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Samuels (1986) berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :
1. Tumor supratentorial
a) Hemisfer otak :
Glioma : glioblastoma multiforme, astrositoma, oligodendroglioma,
1. Tumor supratentorial
a) Hemisfer otak :
Glioma : glioblastoma multiforme, astrositoma, oligodendroglioma,
meningioma, tumor metastasis
b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula
b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula
pinealis, kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
c) Ependimoma
d) Glioma batang otak.3
2. Tumor infratentorial
Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
c) Ependimoma
d) Glioma batang otak.3
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat
tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan
embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi
dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan
dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak
penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan
tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
E. Patofisiologi
Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Peningkatan ICP disebabkan oleh : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan
bertambahnya massa
karena tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan
oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema akibat kerusakan sawar darah otak, semua menimbulkan peningkatan
volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel
lateralis ke ruang subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan
ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
sehingga tidak berguna bila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi
unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus
temporalis tergeres ke inferior melalui incisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesencephalon menyebakan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medulla
oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi lain
yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardi
progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.5
F. Gambaran klinik
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1. Gejala Klinik Umum
Gejala
umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat
infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit
kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil
edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang
lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus
temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran
yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya
hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior
atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala
fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum.
Nyeri Kepala
Merupakan
gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala
berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver
valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada
50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial
sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa
posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Perubahan Status Mental
Gangguan
konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan
tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika
tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
Seizure
Adalah
gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi
pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
Edema Papil
Gejala
umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya
tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema
papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur
yang tidak menetap.
Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa
didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi
lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark
atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin),
semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor
lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis
pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal
khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain
disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant
dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus
olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala
tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/
quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau
kejang sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor
lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen.
Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk
geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
Tumor
di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel
atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat
meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada
daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini
juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea,
galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama
ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel
empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala
umum.
Tumor Serebellar
Muntah
berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus
mungkin menonjol.
3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala
lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi
tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau
iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan
tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus
frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia
(frontal ataksia). 2
G. Diagnosis
Untuk
menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak
yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti,
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan
di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang.
Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya
gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Pemeriksaan Penunjang
CT
scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau
salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang
sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
Foto
polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan
cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa
di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).2
Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.4
Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.4
H. Terapi
Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya.
Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yangt ersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.
Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak.
Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.
Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.
Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya.
Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukanpembedahan.
Pemilihan
jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara
lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian
penderita dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang
dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
Pembedahan
Pembedahan
adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah
untuk mengangkat sebanyak tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin
peluang kehilangan fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
Radioterapi
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
Radioterapi
Tumor
diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar
5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi
hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu
memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis
tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan
kemoterapi intensif.
Kemoterapi
Jika
tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi
tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam.
Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium
tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi
dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
I. Prognosis
Meskipun
diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup
setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma
dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu
3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
- penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
Berdasarkan
data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan
yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival)
berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum
prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan
pada beberapa rumah sakit di Jakarta. 2
Meskipun
diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup
setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma
dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu
3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang
diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak
lebih efektif dilakukan pada:
penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang
terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah
pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor
disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA
sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang
ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk
mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan
jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara
lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian
penderita dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang
dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal 13 November 2004
2. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263
3. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Principles of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721
4. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 13 November 2004
5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
6. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov
7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
8. Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629
9. Bradley, Walter G., Neuro-Oncology in Pocket Companion to Neurology in Clinical Practice edisi 3, Butterworth, Boston 2000 : 239 – 267
10. Howard L.W., Lawrence P. L., Malignancy and the Nervous System in Neurology edisi 5, Williams & Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142
11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 13 November 2004
12. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors — From Their Biology to Their Treatments at http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal 13 November 2004
13. 13.Pinzon, Rizaldi dkk. 2003. Karakteristik Klinis dan Radiologis Tumor Otak di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM, Yogyakarta.
14.Ashadi. 2009. Gejala, Diagnosis dan Terapi Tumor Otak. Sindereng. (Sindereng. Blogspot.com, 30 September 2009)
15.______. 2009. Tumor Otak. Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009)
16.______. 2009. Tumor Otak. Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September 2009)
17.Price, Sylvia Anderson. 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar