BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap organisme, baik manusia
maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama
hidupnya.Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki
oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat
abstrak.Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia
tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis.
Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi
maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau
korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam
pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan
mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya
kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
proses perkembangan dan hubungannya dengan proses belajar ?
C.
Tujuan Masalah
Adapun tujuan
dari penulisan makalah yang kami sajikan ini adalah :
ü
Menjelaskan kembali tentang perkembangan prilaku
ü
Menyebutkan dan menjelaskan tahap – tahap perkembangan
ü
Menyebutkan dan menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangan
ü
Menjelaskan macam – macam perkembangan
ü
Mahasiswa mampu menjelaskan apasaja tugas dan fase perkembangan
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
PRINSIP DASAR
PERKEMBANGAN PRILAKU
A.
Definisi Perkembangan
·
Menurut aliran asosiasi
Pada hakekatnya perkembangan adalah proses asosiasi.
·
Menurut aliran Gestalt
Menurut aliran ini perkembangan adalah proses perkembangan deferensiasi.
·
Menurut aliran sosiologis
Menurut aliran ini perkembangan adalah proses sosialisasi[1]
Perkembangan (development ) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth)
berarti tahapan peningkatan sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan ( a
stage of development ) ( McLeod, 1989 ).
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia( 1991 ), “ perkembangan ” adalah perihal berkembang.
Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini
berarti terbuka atau membentang ;menjadi besar , luas, dan banyak, serta menjadi bertambah
sempurna dalam hal kepribadian, pikiran,
pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja
meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi
juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary
of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (
1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan perubahan
yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organism
lainnya, tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri organisme –
organisme tersebut.
Selanjutnya, Dictionary
of Psychology di atas secara lebih luas merinci pengertian perkembangan
manusia sebagai berikut.
1.
The progressive and continous change in the organism birth to
death,
perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus – menerus dalam
diri organisme sejak lahir hingga mati.
2.
Growth, perkembangan itu berarti perubahan.
3.
Change in the shape and integration of bodily parts into functional
parts,
perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian – bagian yang
bersifat jasmaniah di dalam bagian – bagian yang fungsional.
4.
Maturation or the appearance of fundamental pattern of unlearned
behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola – pola
dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
Berdasarkan
uraian di atas, penyusun menyimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan
sempurna.
Pertumbuhan
berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang
bersifat konkret[2].
Perubahan seperti ini dimanifestasikan misalnya dalam peristiwa pembesaran atau
penambahan seperti : dari kecil menjadi besar, dari pend4ek menjadi panjang,
dari sempit menjadi luas, dan lain – lain perubahan material yang berdifat
biologis. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti kenaikan dan penambahan ukuran
yang berangsur – angsur seperti badan yang menjadi besar dan tegap, juga kaki
dan tangan yang semakin panjang.
B.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Untuk
lebih jelasnya, berikut ini penyusun paparkan aliran – aliran yang berhubungan
dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa[3].
a.
Aliran Nativisme
Para ahli
menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan
oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa –
apa. Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau,
tak akan pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu
berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak –anaknya. Benarkah postulat (
anggapan dasar ) ini dapat terus bertahan.
Aliran
nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh dikalang beberapa orang ahli,
tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Diantara ahli yang dipandang nativis
adalah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistik yang terkenal pada saat ini. Chomsky
menganggap bahwa bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia yang tidak
dapat dijelaskan semata – mata oleh proses belajar, tetapi juga ( yang lebih
penting ) oleh adanya “biological
predisposition” (kecenderungan biologis) yang di bawa sejak lahir.
Namum demikian,
Chomsky tidak menafikan sama sekali peranan belajar dan pengalaman berbahasa,
juga lingkungan. Baginya, semua ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan
bertata bahasa yang jauh lebih besar lagi bagi perkembangan bahasa manusia (
Bruno, 1928 )
b.
Aliran Empirisisme
Doktrin aliran
empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin
yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti
penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia
itu semata – mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya,
sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam
hal ini, para penganut empirisime menganggap setiap anak lahir seperti tabula
rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa – apa.
Jika seorang
siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu
kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memilki pengalaman belajar
dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
seorang pemusik sejati. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki
pengaruh yang besar terhadap proses
perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu
prilaku dan masa depan siswa.
Kondisi sebuah
kelompok masyarakat yang berdomosili dikawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi
dibawah garis rata – rata dan tanpa fasilitas umum seperti : mesjid, sekolah,
serta lapangan olahragatelah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan
anak – anak nakal. Anak – anak dilingkungan ini memang tak punya cukup alas an
untuk tidak menjadio brutal, lebih – lebih apabila kedua orangtuanya kuarang atau tidak berpendidikan.
Namum demikian,
perlu pula penyusun mengemukakan sebuah fajta yang ironis, yakni diantara siswa
yang dijuluki nakal dan brutal khusunya di kota – kota ternyata cukup banyak
yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan bahkan taat beragama.
Sebaliknya, tidak sedik anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga
bodah dan miskin atau bahkan dari keluarga yang tidak harmonis disamping bodoh
dan miskin.
c.
Aliran Konvergensi
Aliran
konvergensi (convergence) merupakan
gabungan antara aliran empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini
menggabungkan arti penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai
faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan
tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya,
faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia
yang sesuai dengan harapan.
Untuk lebih
konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh.Seorang anak yang normal pasti
memiliki bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak
tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia
dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki
secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jika anak
tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan diatas kedua
tangan dan kakinya. Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan
pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya apabila lingkuangan atau
pengalaman tidak mengembangkannya.
Faktor yang
mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya
terdiri atas dua macam.
1.
Faktor Intern, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang
meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan
dirinya sendiri.
2.
Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang dating atau ada diluar diri
siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman
berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
C.
Macam Perkembangan
1.
Perkembangan Fisik
awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat
biologis (Allport, 1957). Dalam taraf – taraf perkembangan selanjutnya,
normalitas dan kostitusi, struktur, dan
kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya[4].
Perkembangan
fisik ditunjukkan dengan adanya perubahan kuatitatif pada struktur tulang
–belulang, indeks tinggi dan berat badan.
a.
Tulang – belulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih lentur,
berpori dan persambungannya longgar ; pada awal masa remaja menjadi 350 (
proses diferensiasi fungsi) dan pada masa usia menjelang dewasa menjadi 200
integrasi, persenyawaan dan pergeseran ( Crow & Crow 1956 : 36 );
b.
Berat badan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar 3 – 4 Kg
dan 0 – 60 Cm, masa kanak-kanak sekitar 12 – 1 Kg dan 90 – 120 Cm, pada awal
masa remaja sekitar 30 – 40 Kg dan 140 – 160 Cm, selanjutnya kepesatan
berubahan berkurang, bahkan menjadi mapan.
2.
Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan.Dengan
bahasanyalah manusia.
1.
Mengkodifikasikan, mencatat, dan menyimpan berbagai hasil
pengalaman pengamatan (observasi) – nya berupa kesan dan tanggapan (persepsi),
informasi, fakta, dan data, konsep atau pengertian (concept and ideas),
dalil atau kaidah atau hokum (principles) sampai kepada bentuk ilmu
pengetahuan.
2.
Mentransformasikan dan mengolah bervagai bentuk informasu tersebut diatas
melalui proses berfikir dan dengan mempergunakan kaidah-kaidah logika.
3.
Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian dan
penghayatan.
4.
Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima) berbagi informasi, buah pikiran, opini,
sikap, penilaian, aspirasi, kehendak, dan rencana kepada orang lain.
3.
Perkembangan Prilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan
a.
Perkembangan Prilaku Sosial
Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social
(zoon politicon), kata Plato.
b.
Perkembangan Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagian anggota dari
kelompoknya, secepat tiu pula individu menyadari bahwa terdapat atiuran-aturan
prilaku yang boleh, harus atau terlarang melakukannya.
Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi
dengan lingkungannya dimna ia mungkin mendapat larangan, suruhan, pembenaran
atau persetujuan, kecaman atau celaan, atau merasakan akibat – akibat tertentu
yang mungkin menyenangkan atau memuaskan mungkin pula mengecewakan dari
perbuatan – perbuatan yang dilakukannya.
c.
Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Dengan kehalusan perasaan (fungsi – fungsi efektifnya disertai
kejernihan akal budi (fungsi – fungsi konatif)- nya, pada saat tertentu,
seseorang setidak – tidaknya pasti mengalami, mempercayai, bahkan menyakini dan
menerimanya tanpa keraguan ( mungkin pula masih dengan keraguan), bahwa diluar
dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang melebihi apa pun termasuk
dirinya.
D.
Tugas dan Fase Perkembangan
a.
Tugas perkembangan fase bayi dan kanak – kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu, masa bayi (infancy atau
babyhood) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim
ibunya sampai berusia sekitar setahun[5].
Tugas – tugas pada perkembangan fase ini mengikuti kegiatan
–kegiatan belajar sebagai berikut.
1.
Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dari bubur susu,
beras, nasi dan seterusnya.
2.
Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegangan
pada tembok atau sandaran kursi.
3.
Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut nama ayah, ibu,
dan nama benda- benda yang ada disekelilingnya.
4.
Belajar mengendalikan pengeluaran
benda – benda buangan dari tubuhnya, misalnya mulai dengan meludah,
membuang ingus dan seterusnya.
5.
Belajar membedakan jenis kelamin laki – laki dan perempuan,
bersopan santun seksual.
6.
Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap
mengenal huruf , suku kata fan kata – kata tertulis.
7.
Belajar mengadakan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah,
saudara kandung, dan orang – orang di sekelilingnya.
8.
Belajar membedakan hal – hal yang baik dengan yang buruk, juga
antara hal – hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata
hati (hati nurani).
b.
Tugas perkembangan fase anak-anak
Masa anak –anak
(late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun. Adapun tugas –tugas
perkembangan pada masa perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan
mengembangkan hal – hal sebagai berikut.
1.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bemain, seperti
lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran, dan seterusnya.
2.
Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya nsendiri
sebagai seorang yang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri ( self-esteem)
dan kemampuan diri (self efficacy).
3.
Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya sesuai dengan etika
moral yang berlaku dimasyarakat.
4.
Belajar memainkan peran sebagai seorang pria ( jika ia seorang
pria), dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
5.
Mengembangkan dasar – dasar
keterampilan membaca, menulis, dan menghitung.
6.
Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga
menjadi dirinya sendiri yang independen dan bertanggung jawab.
c.
Tugas perkembangan fase remaja
Masa remaja ( adeslocence ) menurut sebagian ahli psikologi terdiri
atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut: 1 ) subperkembangan prepuber
selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber;2 ) subperkembangan puber
selama dua setengah sampai tiga setengah tahun;3 ) subperkembangan pos-puber,
yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masa terus berlangsung pada
bagian-bagian organ tertentu.Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai
menampakkan tanda-tanda kedewasaan.
Adapun tugas – tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi
pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan masa dewasa.
1.
Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
yang berbeda jenis kelamin sesuia dengan etika dan moral yang berlaku di
masyarakat.
2.
Mencapai peranan social sebagai seorang pria (jika ia seorang pria)
dan peranan social sebagai wanita ( jika ia seorang wanita) selaras dengan
tuntutan social dan cultural masyarakatnya.
3.
Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku social tertentu yang
bertanggung jawab di tengah – tengah masyarakatnya.
4.
Mencapai kemerdekaan / kebebasan emosional orangtua dan orang –
orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang “personal” (menjadi dirinya
sendiri).
5.
Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi)
tertentu dalam bidang ekonomi.
6.
Mempersiapkan diri untuk masuk dunia perkawinan (rumah tangga) dan
kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami ( ayah) dan istri (ibu).
7.
Memperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagai pedoman
bertingkah laku dan mengembangkan ideology untuk keperlan kehidupan
kewarganegaraannya.
d.
Tugas perkembangan dewasa
Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja
memasuki masa dewasa, yakni usia 21 – 40 tahun. Adapun tugas – tugas
perkembangan pada masa dewasa awal adalah meliputi hal – hal sebagai berikut.
1.
Mulai bekerja mencari nafkah, khususnya apa bila ia tidak
melanjutkan karier akademik.
2.
Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calon
suami atau istri)
3.
Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang
suami atau istri.
4.
Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni
dengan istri / suaminya.
5.
Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan
keluarganya.
6.
Membesarkan anak-anak dengan menyediakan dan tuntunan pangan,
sandang, dan papan yang cukup dan memberikan pendidikan ( dalam arti yang luas
) yang memadai.
7.
Menerima tanggu jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundangan –
undangan dan tutunan social yang berlaku di masyarakatnya.
8.
Menemukan kelompok sosial ( perkumpulan kemasyarakatan ) yang cocok
dan menyenangkan.
e.
Tugas perkembangan setengah baya
Masa setengah baya ( middle age ) adalah masa yang berlangsung
antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu,pri dan wanita yang
yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijulikin sebagai orang yang sedang mengalamin ,masa
pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek,suka
bersiakp dan berbuat emisional / mudah marah, dan bahkan jatuh cinta
lagi.Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah
sebagai berikut.
1.
Mencapai tanggu jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih
dewasa.
2.
Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun ( khususnya anak
kandungnya sendiri ) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia
dan bertanggu jawab.
3.
Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-
baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
4.
Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( ddengan
suami atau istri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
5.
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis
yang lazim terjadi pada masa seetengah baya.
6.
Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
7.
Menyesuaikan diri dengan perikehidupan ( khususnya dalam hal cara
bersikap medan bertindak ) orang-orang yang berusia lanjut.
f.
Tugas perkembangan fase usia tua
Masa tua ( old age ) adalah fase berakhir kehidupan manusia.masa
ini berlangsung antara usia 60 tahun sampaiberhembusnya napas teraklhir ( akhir
hayat ). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah
psikologi disebut “senescence” ( masa tua ) biasa nya di tandai
olehperubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
Tugas – tugas perkembangan pada masa tua sesuai dengan berkurangnya
kekuatan dan kesehatan jasmaniahnya itu adalah sebagai berikut.
1.
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan
jasmaniahnya.
2.
Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan dan berkurangnya
income (penghasilan).
3.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (istri atau suami).
4.
Membina hubungan yang tegas (aflliasi eksflisit) dengan para
anggota kelompok seusianya.
5.
Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan
sesuaidengan kebutahannya.
E.
Hukum
perkembangan
Pengertian hokum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan
hukum dalam dunia peradialan atau
peraturan konstitusional. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah ataupatokan
mengenai terjadinya peristiwa tertentu.secara spesifik,hukum perkembangan dapat
diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan
hakikat dalam perkembangan”. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah
patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa
perkembangan dalam diri manusia.
a.
Hukum konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tida hanya di pengaruhi oleh
factor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini
berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung
pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan,
dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh
antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya efek
lingkungan yang di alami siswa.
b.
Hukum perkembangan dan pengembangan diri
Pada anak balita, wujud pertahanan diri itu berupa tangisan ketika
lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan
hewan atau orang yang ada disekelilingnya.Dari usaha mempertahankan diri ini,
berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada
anak, antara lain memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui yang
ada di sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya tampak
keingintahuannya terhadap sesuatu itu berkali – kali.Alhasil, manusia
berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang
menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.
c.
Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.Masa
peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengermbangkan
fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca,
fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “ mudah dirangsang “ ini
sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran. Artinya,
jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu
materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan
diolah oleh system memorinya.
d.
Hukum keperluan belajar
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan
fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidak
menyebutnya secara eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara lahiriah
dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga memerlukan
belajar, meskipun sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang sebenarnya
berpotensi untuk bias berjalan sendiri itu.
e.
Hukum kesatuan anggota badan\
Proses
perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa diiringi proses
perkrmbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu tahapan perkembangan
tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya.Jadi, perkembangan panca
indera misalnya, tidak terlepas dari perkembangan kemampuan mendengar, melihat,
berbicara, dan merasa.Selanjutnya kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas
dari perkembangan berpikir, bersikap, dan berperasaan.
f.
Hokum tempo perkembangan
Lambat atau
cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain. Dengan
kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan masing-masing. Tempo-tempo
perkembangan manusia umunya terbagi dalam kategori : cepat, sedang, dan lambat.
Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambvat biasanya menjukkan
kelainan yang relative sangat jarang terjadi.
g.
Hokum irama perkembangan
Disamping ada
tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses
perkemabangan. Artinya, perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik
terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yangh
tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan.
h.
Hukum rekapitulasi
Hukum ini
berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation
theory) yang berisi doktrin yang mengatakan bahwa perkembangan proses
perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil)
yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang
paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang
digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber, 1988).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
adalah proses perubahan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
fungsi – fungsi organ jasmaniah, bukan organ – organ jasmaniahnya itu sendiri.
Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan
fungsi psikologis yang disandang oleh organ – organ fisik. Faktor – faktor yang
memperngaruhi perkembangan yaitu, aliran nativisme, aliran empirisisme, aliran
konvergensi.Hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan
akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
B.
Saran
Dengan
mempelajari meteri ini, mudah – mudahan dapat memberi pemahaman yang lebih
kepada mahasiswa yang membacanya. Dengan meteri ini nantinya pembaca harus bias
mengerti apa itu perkembangan prilaku serta harus mengerti apasaja faktor yang
mempengaruhi perkembangan prilaku. Apalagi kita sebagai seorang calon guru,
kita harus mampu mengetahui tahap – tahap perkembangan siswa, supaya kita
memberikan pendidikan yang pantas dan sesuai dengan tahapan perkembangannya.
C.
Implikasi
Dengan kita
mempelajari materi ini, kita mengetahui bagaimana proses perkembangan prilaku,
dengan begitu kita bias mengetahui bagai man kita menghadapi anak – anak atau
siswa yang sedang ada dalam masa perkembangan.
Ahmadi, Abu.
2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Makmun, Abin
Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata,
Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin.
2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Wahib, Abdul.
2003. Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[1]
Sumadi Suryabrata, 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hal. 170 - 174
[2]Psikologi
Pendidikan, Muhibbin syah, 2003, Rosdakarya. Bandung. Hal . 42
[3]Ibid,
hal. 43
[4]Psikologi
Pendidikan, Abin Syamsuddin Makmun, 2004. PT. Remaja Rosdakarya. bandung
[5]Psikologi
Pendidikan, Muhibbin syah, 2003, Rosdakarya. bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar